Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, tekanan pekerjaan, tuntutan sosial, dan derasnya informasi seringkali membuat kita merasa overwhelmed dan terkuras. Tubuh mungkin terlihat baik-baik saja, tapi batin rasanya lelah, hampa, atau bahkan terluka. Kita sering dengar tentang pentingnya self-healing, tapi bayangan yang muncul di kepala mungkin adalah retreat mahal di Bali, sesi yoga di pegunungan, atau terapi intensif yang butuh biaya besar dan waktu luang yang nggak sedikit.
Padahal, self-healing itu nggak harus selalu begitu. Proses penyembuhan diri, memulihkan batin yang letih, dan membangun kembali kekuatan mental, sebenarnya bisa kamu mulai dari mana saja, bahkan di rumahmu sendiri. Kamu nggak perlu tiket pesawat, booking hotel, atau cuti panjang. Yang kamu butuhkan cuma kemauan untuk memberi waktu dan perhatian pada dirimu sendiri.
Artikel ini akan mengajakmu menyelami lima teknik self-healing praktis yang bisa kamu lakukan sendiri, kapan saja, dan di mana saja. Teknik-teknik ini bukan cuma sekadar tips, tapi pondasi kuat untuk membangun ketahanan mental dan emosionalmu di tahun ini. Kita akan bahas secara mendalam setiap teknik, mengapa ia efektif, dan bagaimana cara memulainya. Siap untuk memulai perjalanan penyembuhan diri tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam? Yuk, kita mulai!
Sebelum masuk ke tekniknya, mari kita pahami dulu kenapa self-healing itu fundamental. Self-healing bukan berarti kamu harus punya "luka" besar atau trauma masa lalu yang perlu disembuhkan. Ia adalah praktik berkelanjutan untuk:
Mengelola Stres dan Kecemasan Harian: Hidup pasti penuh stres. Self-healing membantumu melepaskan ketegangan yang menumpuk sebelum jadi bom waktu.
Meningkatkan Kesadaran Diri: Dengan self-healing, kamu belajar mengenali emosimu, memahami pemicu stres, dan lebih peka terhadap kebutuhan batinmu.
Memulihkan Energi Mental dan Emosional: Seperti tubuh yang butuh istirahat, batinmu juga butuh recharge.
Membangun Ketahanan (Resiliensi): Kemampuan untuk bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan. Self-healing memperkuat "otot" resiliensimu.
Meningkatkan Kualitas Hidup: Dengan batin yang lebih sehat, kamu bisa menikmati hidup, berhubungan lebih baik dengan orang lain, dan mencapai potensimu.
Intinya, self-healing itu adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan mental dan kesejahteraanmu secara keseluruhan. Ini adalah tentang mengambil kendali atas proses penyembuhanmu sendiri.
Di zaman multitasking dan distraksi tiada henti, pikiran kita seringkali melayang ke masa lalu (penyesalan, kekhawatiran) atau masa depan (kecemasan, perencanaan). Jarang sekali kita benar-benar hadir di momen saat ini. Di sinilah mindfulness dan meditasi berperan.
Apa Itu Mindfulness dan Meditasi?
Mindfulness adalah praktik membawa perhatianmu sepenuhnya ke momen saat ini, tanpa menghakimi. Ini tentang menyadari apa yang kamu rasakan, dengar, lihat, cium, dan pikirkan, tanpa mencoba mengubah atau menilainya.
Meditasi adalah alat atau latihan formal untuk melatih mindfulness. Ada banyak jenis meditasi, tapi yang paling umum untuk pemula adalah meditasi fokus pada napas.
Mengapa Ini Efektif untuk Self-Healing?
Pikiran yang kacau dan cemas adalah akar banyak masalah mental. Meditasi dan mindfulness membantumu:
Menurunkan Hormon Stres: Studi ilmiah menunjukkan bahwa meditasi teratur dapat mengurangi kadar kortisol, hormon stres, dalam tubuh. Ini membantu menenangkan sistem sarafmu.
Meningkatkan Kualitas Tidur: Dengan menenangkan pikiran sebelum tidur, kamu akan lebih mudah terlelap dan mendapatkan tidur yang lebih dalam.
Melatih Fokus dan Konsentrasi: Mindfulness seperti "otot" yang bisa dilatih. Semakin kamu berlatih, semakin mudah kamu fokus dan kurang terdistraksi.
Mengelola Emosi: Kamu belajar mengamati emosimu tanpa langsung bereaksi. Ini memberimu "ruang" untuk merespons dengan lebih bijak daripada sekadar meledak atau menekan emosi.
Mengurangi Rumination: Kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan masalah atau kejadian negatif. Meditasi membantu memutus lingkaran rumination ini.
Meningkatkan Kesejahteraan Emosional: Dengan lebih hadir di momen, kamu bisa lebih menghargai hal-hal kecil dan menemukan kebahagiaan dalam keseharian.
Bagaimana Memulainya (Tanpa ke Retreat):
Kamu nggak perlu jadi biksu atau pergi ke retreat sunyi. Kamu bisa memulainya di rumah:
Mulai dari yang Kecil: Cukup 5-10 menit setiap hari. Pagi hari setelah bangun tidur atau sebelum tidur adalah waktu yang baik.
Temukan Tempat Tenang: Duduklah di tempat yang tenang, di mana kamu tidak akan diganggu. Bisa di kamar tidur, sudut rumah, atau bahkan taman.
Fokus pada Napas: Duduklah dengan nyaman, punggung tegak tapi rileks. Tutup mata jika nyaman, atau tatap satu titik di lantai. Alihkan perhatianmu ke sensasi napasmu. Rasakan udara masuk dan keluar dari hidungmu, perutmu mengembang dan mengempis.
Perhatikan Pikiran yang Datang: Wajar jika pikiranmu melayang. Jangan menghakimi dirimu sendiri. Setiap kali kamu sadar pikiranmu melayang, dengan lembut kembalikan perhatianmu ke napas. Anggap pikiran sebagai awan yang lewat di langit.
Gunakan Aplikasi Meditasi: Aplikasi seperti Calm, Headspace, Insight Timer, atau Ten Percent Happier menawarkan meditasi terpandu gratis untuk pemula. Suara panduan bisa sangat membantu.
Praktik Mindfulness dalam Kegiatan Harian: Tidak hanya saat meditasi formal. Latih mindfulness saat makan (sadari setiap gigitan, rasa, tekstur), saat jalan kaki (rasakan langkahmu, angin di kulitmu), atau saat minum teh (sadari aroma dan kehangatannya). Ini adalah cara sederhana untuk lebih hadir dalam hidupmu.
Kapan Waktunya Paling Efektif?
Konsistensi lebih penting daripada durasi. Cobalah menjadikan ini bagian dari rutinitas pagimu atau sebelum tidur. Bahkan 5 menit setiap hari akan lebih berdampak daripada meditasi 1 jam sekali seminggu.
(Sumber umum yang mendukung efektivitas meditasi dan mindfulness dapat ditemukan di berbagai penelitian psikologi, neurologi, dan well-being. Contohnya, penelitian oleh Jon Kabat-Zinn, pencetus Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), serta publikasi di jurnal-jurnal seperti JAMA Internal Medicine atau Psychological Science yang membahas dampak meditasi pada stres dan fungsi otak.)
Kadang, pikiran dan emosi kita itu seperti benang kusut di kepala. Sulit dipahami, bikin sesak, dan terus berputar tanpa henti. Di sinilah journaling menjadi alat self-healing yang powerful.
Apa Itu Journaling?
Journaling adalah praktik menuliskan pikiran, perasaan, pengalaman, dan ide-idemu secara bebas, tanpa sensor, tanpa aturan tata bahasa, dan tanpa perlu dibaca orang lain. Ini adalah ruang amanmu untuk berekspresi.
Mengapa Ini Efektif untuk Self-Healing?
Pelepasan Emosional (Emotional Release): Ketika kamu menuliskan emosi negatif (marah, sedih, frustrasi), kamu memberinya jalan keluar. Ini seperti melepaskan tekanan dari pressure cooker. Studi menunjukkan menulis ekspresif dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan fisik.
Klarifikasi Pikiran: Proses menulis memaksa kita untuk mengorganisir pikiran yang tadinya kacau. Kamu jadi bisa melihat masalah dari perspektif yang lebih jelas, menemukan pola, atau bahkan solusi yang tadinya nggak terlihat.
Identifikasi Pemicu Stres: Dengan meninjau kembali tulisanmu, kamu bisa melihat apa saja yang memicu stres, kecemasan, atau emosi negatifmu. Ini adalah langkah penting untuk mengelola pemicu tersebut di masa depan.
Membangun Kesadaran Diri: Sama seperti mindfulness, journaling membuatmu lebih peka terhadap kondisi batinmu. Kamu jadi tahu apa yang kamu butuhkan, apa yang kamu rasakan, dan kenapa.
Praktik Bersyukur (Gratitude Practice): Menuliskan hal-hal yang kamu syukuri setiap hari dapat menggeser fokusmu dari hal negatif ke hal positif, meningkatkan mood dan kebahagiaan.
Alat Pemecah Masalah: Ketika kamu menuliskan masalahmu, otakmu secara otomatis mulai mencari solusi. Proses ini juga membantu brainstorming ide-ide baru.
Bagaimana Memulainya (Tanpa ke Retreat):
Yang kamu butuhkan cuma pena dan buku catatan, atau aplikasi catatan di ponsel/komputermu (tapi lebih disarankan manual untuk minim distraksi):
Pilih Waktu: Bisa pagi hari untuk menetapkan niat hari ini, atau malam hari untuk melepas semua beban sebelum tidur. Kamu juga bisa melakukannya kapan saja saat merasa overwhelmed atau butuh mencurahkan isi hati.
Jangan Sensor Dirimu: Tulis apa pun yang muncul di benakmu. Ini bukan untuk dibaca orang lain, jadi tidak perlu khawatir tentang tata bahasa, ejaan, atau apakah itu "masuk akal." Biarkan mengalir.
Gunakan Prompts (Jika Buntu): Kalau kamu nggak tahu mau nulis apa, coba pakai pertanyaan pemicu:
"Apa yang paling membebaniku hari ini?"
"Tiga hal yang aku syukuri hari ini adalah..."
"Bagaimana perasaanku saat ini, dan mengapa?"
"Apa satu hal yang ingin aku lepaskan hari ini?"
"Apa yang bisa kulakukan besok untuk merasa lebih baik?"
Variasi Journaling:
Freewriting: Tulis terus tanpa henti selama 5-10 menit.
Gratitude Journal: Setiap hari tuliskan 3-5 hal yang kamu syukuri.
Bullet Journal (versi reflektif): Selain planner, gunakan halaman kosong untuk refleksi harian atau mingguan.
Shadow Work Journal: Jika kamu siap, jelajahi bagian-bagian dirimu yang tersembunyi atau kurang nyaman untuk disembuhkan. (Ini mungkin butuh panduan lebih lanjut jika kamu baru).
Kapan Waktunya Paling Efektif?
Setiap hari adalah waktu yang baik. Konsistensi dalam journaling akan memberikan hasil terbaik. Coba di pagi hari untuk kejernihan, atau di malam hari untuk pelepasan.
(Sumber: Penelitian oleh Dr. James Pennebaker tentang expressive writing telah menunjukkan manfaat signifikan journaling terhadap kesehatan fisik dan mental, termasuk pengurangan gejala depresi, peningkatan fungsi kekebalan tubuh, dan pengurangan kunjungan ke dokter.)
Kita sering lupa bahwa sebagai manusia, kita adalah bagian dari alam. Terjebak di dalam ruangan seharian, menatap layar, bisa membuat kita merasa terputus dan tegang. Terhubung kembali dengan alam adalah salah satu bentuk self-healing paling kuno dan ampuh yang sering kita abaikan.
Apa Itu Nature Therapy (Terapi Alam)?
Ini bukan berarti kamu harus mendaki gunung setiap hari. Terapi alam adalah praktik sadar untuk menghabiskan waktu di lingkungan alami untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Ini bisa sesederhana duduk di taman, jalan-jalan di hutan kota, atau bahkan menatap langit dari jendela.
Mengapa Ini Efektif untuk Self-Healing?
Mengurangi Stres dan Kecemasan: Berada di alam dapat menurunkan denyut jantung, tekanan darah, dan kadar hormon stres. Suara alam yang menenangkan, pemandangan hijau, semuanya berkontribusi pada efek relaksasi.
Meningkatkan Mood dan Energi: Sinar matahari (sumber Vitamin D alami) dapat meningkatkan mood. Udara segar dan aktivitas fisik ringan di alam dapat meningkatkan energi.
Meningkatkan Fokus dan Kreativitas: Lingkungan alami, terutama yang "lembut" (seperti hutan atau danau), dapat memulihkan perhatian yang lelah dan meningkatkan kemampuan kognitif. Ini disebut Attention Restoration Theory (ART).
Mendorong Gerak Fisik: Berada di alam secara otomatis mendorong kita untuk bergerak – berjalan, hiking, atau sekadar meregangkan badan di rumput. Aktivitas fisik adalah penangkal stres dan depresi yang efektif.
Meningkatkan Koneksi dan Perspektif: Terhubung dengan alam bisa membuat kita merasa lebih kecil di hadapan kebesaran alam, yang kadang kala membantu kita meletakkan masalah-masalah pribadi dalam perspektif yang lebih luas. Ini bisa jadi momen introspeksi dan gratitude.
Bagaimana Memulainya (Tanpa ke Retreat):
Mulailah dari yang Terdekat: Kamu nggak perlu ke hutan belantara. Taman kota, halaman rumah, jalanan berjejer pohon, rooftop yang punya pemandangan langit, atau bahkan pot tanaman di kamarmu bisa jadi titik awal.
Jalan Kaki Mindful: Saat berjalan di taman, jangan cuma fokus pada tujuan. Perhatikan. Rasakan angin di kulitmu, dengarkan suara burung, cium aroma tanah atau bunga. Sentuh daun atau batang pohon.
Duduk dan Amati: Cukup duduk di bangku taman atau di bawah pohon. Amati awan yang bergerak, semut yang lewat, atau daun yang bergoyang. Biarkan pikiranmu tenang.
Bawa Alam ke Dalam Ruangan: Jika kamu sulit keluar, bawa tanaman hias ke dalam ruangan. Buka jendela lebar-lebar untuk membiarkan udara segar masuk. Lihat video nature sounds atau virtual walks (meskipun ini tidak seefektif langsung di alam, ini bisa jadi alternatif).
Waktu Singkat Pun Berarti: Bahkan 15-20 menit sehari sudah bisa memberikan manfaat signifikan. Jadwalkan di pagi hari sebelum kerja atau sore hari setelah kerja.
Kapan Waktunya Paling Efektif?
Setiap kali kamu merasa stres, overwhelmed, atau hanya butuh "udara segar" mental. Pagi hari untuk mengisi energi positif, sore hari untuk melepaskan penat.
(Sumber: Konsep seperti forest bathing (Shinrin-yoku) dari Jepang telah diteliti secara luas dan menunjukkan manfaat signifikan terhadap kesehatan. Banyak studi psikologi lingkungan mendukung teori bahwa paparan alam dapat mengurangi stres dan meningkatkan mood. Jurnal seperti Environmental Health Perspectives atau International Journal of Environmental Research and Public Health sering mempublikasikan penelitian di bidang ini.)
Seringkali, saat stres atau sedih, kita cenderung diam atau memaksakan diri untuk berolahraga dengan keras. Padahal, tubuh kita punya kebijaksanaan sendiri. Gerak tubuh intuitif adalah tentang mendengarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan tubuhmu, bukan memaksanya mengikuti standar tertentu.
Apa Itu Gerak Tubuh Intuitif?
Ini adalah praktik bergerak sesuai dengan apa yang dirasakan tubuhmu pada saat itu, tanpa agenda atau target kalori tertentu. Ini bisa berupa peregangan lembut, menari bebas, berjalan santai, atau bahkan hanya berguling-guling di lantai. Tujuannya adalah untuk melepaskan ketegangan, bukan untuk workout yang intens.
Mengapa Ini Efektif untuk Self-Healing?
Melepaskan Ketegangan Fisik dan Emosional: Emosi seringkali "terjebak" di dalam tubuh sebagai ketegangan otot. Gerak intuitif membantu melepaskannya. Misalnya, marah seringkali menumpuk di rahang atau bahu, sedih di dada.
Meningkatkan Aliran Darah dan Endorfin: Gerakan apapun meningkatkan sirkulasi darah dan pelepasan endorfin, hormon alami yang meningkatkan mood dan mengurangi rasa sakit.
Meningkatkan Koneksi Pikiran-Tubuh (Mind-Body Connection): Kamu belajar mendengarkan sinyal tubuhmu – di mana ada ketegangan, di mana butuh dilepaskan, di mana butuh energi. Ini adalah bentuk self-awareness yang mendalam.
Mengurangi Perasaan Terjebak: Saat merasa overwhelm atau cemas, kita sering merasa "terjebak" atau "kaku." Gerak tubuh membantu menciptakan rasa kebebasan dan aliran.
Ekspresi Diri Non-Verbal: Kadang ada emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Gerakan bisa menjadi bentuk ekspresi yang kuat dan membebaskan.
Bagaimana Memulainya (Tanpa ke Retreat):
Temukan Ruang Bebas: Pastikan kamu punya sedikit ruang di mana kamu bisa bergerak tanpa terbentur barang atau dilihat orang lain (jika kamu merasa malu).
Mulai dengan Napas: Berdiri atau duduk nyaman. Ambil beberapa napas dalam dan panjang.
Dengarkan Tubuhmu: Tanyakan pada dirimu, "Bagian mana dari tubuhku yang terasa tegang? Di mana aku ingin bergerak? Apa yang dibutuhkan tubuhku saat ini?"
Biarkan Tubuh Bergerak Secara Alami: Jangan paksakan gerakan tertentu. Mungkin kamu ingin menggoyangkan pinggul, meregangkan lengan ke atas, memutar leher, atau menari bebas mengikuti musik. Biarkan tubuhmu memimpin.
Gunakan Musik: Putar musik yang membuatmu ingin bergerak atau yang sesuai dengan _mood_mu. Bisa musik upbeat untuk melepaskan energi, atau musik lembut untuk menenangkan.
Tanpa Penilaian: Ingat, ini bukan untuk penampilan atau performa. Tidak ada "benar" atau "salah." Ini hanya untuk dirimu dan tubuhmu.
Durasi: Cukup 5-15 menit sudah bisa memberikan efek signifikan. Lakukan kapan saja kamu merasa butuh melepaskan ketegangan.
Kapan Waktunya Paling Efektif?
Saat kamu merasa stres, tegang, marah, sedih, atau bahkan stuck secara kreatif. Sebelum atau sesudah kerja, atau kapan saja di tengah hari saat kamu butuh rehat.
(Sumber: Banyak ahli somatic psychology dan trauma-informed movement mendukung konsep gerak intuitif sebagai alat penyembuhan. Konsep ini terkait dengan pelepasan stored trauma dan emosi dalam tubuh, serta peningkatan body awareness. Meskipun mungkin tidak ada studi spesifik tentang "gerak intuitif" dengan nama tersebut, penelitian tentang yoga, dance therapy, dan olahraga secara umum mendukung manfaatnya pada kesehatan mental.)
Di era digital, kita terhubung lebih banyak dari sebelumnya, tapi seringkali merasa kesepian. Scroll media sosial, melihat kehidupan orang lain yang "sempurna," bisa membuat kita makin terasing. Padahal, salah satu pilar terpenting self-healing adalah koneksi sosial yang otentik dan mendalam.
Apa Itu Koneksi Sosial Otentik?
Ini bukan tentang jumlah follower atau like. Ini tentang interaksi yang tulus, jujur, dan bermakna dengan orang lain, di mana kamu merasa dilihat, didengar, dan diterima apa adanya. Ini bisa dengan keluarga, teman dekat, atau bahkan hewan peliharaan.
Mengapa Ini Efektif untuk Self-Healing?
Mengurangi Perasaan Isolasi: Berbagi beban atau perasaan dengan orang yang kamu percaya dapat mengurangi rasa kesepian dan membuatmu merasa bahwa kamu tidak sendirian.
Dukungan Emosional: Mendapatkan dukungan dari orang lain dapat mengurangi stres, meningkatkan mood, dan memberikan perspektif baru.
Pelepasan Oksitosin: Interaksi sosial yang positif, terutama pelukan atau sentuhan fisik yang tulus, memicu pelepasan oksitosin, hormon "cinta" dan ikatan sosial, yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan rasa nyaman.
Validasi Perasaan: Ketika kamu menceritakan apa yang kamu rasakan dan orang lain mendengarkan serta memvalidasi pengalamanmu ("Aku mengerti perasaanmu"), itu sangat melegakan dan membantu proses penyembuhan.
Perspektif Baru: Orang lain bisa memberikan sudut pandang baru terhadap masalahmu, atau bahkan solusi yang belum pernah kamu pikirkan.
Mengalihkan Perhatian Positif: Obrolan yang menyenangkan, tawa, atau kegiatan bersama teman bisa menjadi distraksi positif dari masalahmu.
Bagaimana Memulainya (Tanpa ke Retreat):
Hubungi Satu Orang yang Kamu Percaya: Pikirkan satu orang di hidupmu yang kamu rasa bisa kamu ajak bicara jujur dan tulus. Bisa teman terbaik, pasangan, saudara, atau orang tua.
Jadwalkan Waktu untuk Bicara Langsung: Sebisa mungkin, hindari chatting atau email untuk topik yang membutuhkan koneksi emosional. Telepon atau video call lebih baik, dan bertemu langsung jauh lebih baik lagi.
Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas: Lebih baik punya satu teman dekat yang bisa kamu ajak bicara jujur, daripada puluhan teman online yang cuma tahu kabar permukaan.
Jadi Pendengar yang Baik: Koneksi itu dua arah. Saat orang lain bicara, dengarkan dengan sepenuh hati. Tanyakan pertanyaan terbuka dan tunjukkan empati.
Buka Diri dengan Jujur (Secara Bertahap): Kamu tidak harus menceritakan semua masalahmu sekaligus. Mulailah dengan berbagi perasaanmu secara jujur, sedikit demi sedikit, sesuai kenyamananmu.
Peluk Orang Terkasih: Pelukan selama 20 detik atau lebih bisa melepaskan oksitosin dan mengurangi stres.
Bermain dengan Hewan Peliharaan: Jika kamu punya hewan peliharaan, luangkan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan mereka. Interaksi dengan hewan juga terbukti mengurangi stres dan meningkatkan mood.
Kapan Waktunya Paling Efektif?
Saat kamu merasa kesepian, sedih, stres, atau hanya butuh didengar. Jangan menunggu sampai kamu di titik terendah. Jadwalkan waktu reguler untuk terhubung dengan orang-orang terkasih.
(Sumber: Banyak penelitian di bidang psikologi sosial dan kesehatan menunjukkan bahwa dukungan sosial yang kuat adalah salah satu prediktor terbesar untuk kebahagiaan, kesehatan fisik, dan umur panjang. Koneksi sosial yang kuat dikaitkan dengan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih rendah, serta pemulihan yang lebih cepat dari penyakit. Studi oleh John Cacioppo dan Julianne Holt-Lunstad adalah contoh penelitian terkemuka di bidang ini.)
Perjalanan self-healing adalah sebuah maraton, bukan sprint. Ia nggak harus selalu melibatkan biaya besar, retreat mewah, atau lokasi eksotis. Kekuatan penyembuhan yang paling dalam sebenarnya ada di dalam dirimu sendiri, menunggu untuk diaktifkan.
Kelima teknik ini – mindfulness dan meditasi, journaling, menghabiskan waktu di alam, gerak tubuh intuitif, dan koneksi sosial otentik – adalah alat-alat powerful yang bisa kamu gunakan kapan saja, di mana saja. Mereka adalah investasi pada kesehatan mental dan emosionalmu yang akan membawa dampak positif ke setiap aspek kehidupanmu.
Ingat, kamu nggak perlu sempurna dalam melakukannya. Cukup pilih satu teknik yang paling menarik perhatianmu hari ini, dan mulailah dari yang kecil. Mungkin itu cuma 5 menit meditasi, menulis 3 hal yang kamu syukuri, berjalan kaki 10 menit di taman, meregangkan badan selama lagu favoritmu, atau menelepon teman lama. Konsistensi, bukan intensitas, adalah kuncinya.
Berikan dirimu izin untuk istirahat, untuk merasakan, untuk memproses, dan untuk menyembuhkan. Kamu punya kekuatan untuk menciptakan ruang aman bagi batinmu, meredakan ketegangan, dan kembali menjadi versi dirimu yang paling kuat dan tenang. Jangan tunggu sampai kamu di titik terendah untuk memulai. Mulaialah sekarang. Rawat batinmu, dan saksikan bagaimana hidupmu akan berubah menjadi lebih baik. Kamu pantas mendapatkan penyembuhan dan kedamaian.
Image Source: Unsplash, Inc.