Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah menghadirkan perubahan signifikan dalam dunia pemasaran digital, termasuk dalam bidang copywriting. Dulu, proses pembuatan konten pemasaran membutuhkan waktu lama dan keterlibatan sumber daya manusia yang besar. Kini, dengan kemunculan teknologi AI-generated content, perusahaan dapat memproduksi teks promosi, artikel, hingga caption media sosial hanya dalam hitungan detik.
Namun, apakah otomatisasi ini hanya menawarkan efisiensi? Atau justru menyimpan tantangan yang dapat mengancam kualitas dan orisinalitas konten? Artikel ini mengulas secara mendalam peluang dan tantangan penggunaan teknologi AI dalam proses copywriting, terutama dalam konteks bisnis dan industri kreatif di tahun 2025.
AI-generated content adalah konten yang dibuat oleh sistem kecerdasan buatan, khususnya model bahasa seperti GPT (Generative Pre-trained Transformer), Claude, Gemini, atau Copilot. Sistem ini telah dilatih menggunakan jutaan hingga miliaran data teks sehingga mampu meniru gaya bahasa manusia untuk menghasilkan berbagai jenis konten secara otomatis.
Berbagai alat seperti ChatGPT, Jasper.ai, Copy.ai, dan lainnya menjadi populer di kalangan profesional pemasaran karena kemampuannya mempercepat produksi konten dengan biaya relatif rendah. Teknologi ini mampu menulis artikel blog, caption media sosial, deskripsi produk, hingga email marketing secara efisien.
Salah satu keunggulan utama dari penggunaan AI adalah efisiensinya. Dalam waktu singkat, AI dapat menghasilkan draf konten yang biasanya memerlukan waktu berjam-jam jika dikerjakan secara manual. Perusahaan dapat memproduksi konten dalam jumlah besar tanpa perlu menambah jumlah staf penulis.
Contohnya, sebuah toko daring dengan ribuan produk dapat memanfaatkan AI untuk membuat deskripsi produk dalam waktu beberapa jam saja, dibandingkan hari atau minggu jika dilakukan oleh tim manusia.
AI memungkinkan brand untuk memproduksi konten dalam jumlah besar secara konsisten. Ini sangat berguna bagi kampanye berskala besar yang memerlukan konten multibahasa, lintas platform, atau dalam berbagai variasi.
Dalam konteks e-commerce atau perusahaan multinasional, kemampuan ini membantu mempertahankan tone of voice yang seragam di berbagai pasar, sekaligus menyesuaikan konten berdasarkan bahasa dan budaya lokal.
Dengan kemampuan AI untuk menghasilkan berbagai versi konten, proses pengujian A/B (perbandingan dua versi konten) menjadi lebih cepat. Marketer bisa langsung menguji berbagai versi judul, call-to-action, atau paragraf pembuka untuk melihat mana yang paling efektif dalam meningkatkan konversi.
Hal ini memberi keuntungan besar dalam pengambilan keputusan berbasis data dan membantu meningkatkan kinerja kampanye secara keseluruhan.
AI dapat menghasilkan konten yang dipersonalisasi berdasarkan data pengguna. Dengan integrasi ke sistem CRM atau email marketing, AI dapat menyusun pesan yang relevan dan disesuaikan dengan profil audiens, termasuk preferensi, lokasi, hingga histori pembelian.
Kemampuan ini meningkatkan keterlibatan (engagement) sekaligus membangun relasi yang lebih kuat antara brand dan pelanggan.
Meski menawarkan berbagai keuntungan, penggunaan AI dalam copywriting juga memiliki tantangan yang tidak bisa diabaikan.
AI mampu meniru gaya bahasa manusia, tetapi belum mampu memahami konteks sosial dan emosional dengan baik. Hasil tulisan AI kadang terasa datar, generik, atau tidak menyentuh secara emosional, terutama untuk kampanye yang membutuhkan empati, kepekaan budaya, atau gaya bahasa khas.
Misalnya, kampanye dengan pendekatan humor atau isu sosial lokal sering kali gagal ditangani oleh AI karena kurangnya pemahaman kontekstual.
AI tidak selalu menghasilkan informasi yang valid atau terbaru. Tanpa pengawasan manusia, ada risiko konten berisi fakta keliru, usang, atau bahkan misinformasi yang disampaikan dengan gaya yang meyakinkan.
Sebuah studi oleh MIT Technology Review (2024) menunjukkan bahwa model bahasa AI sering menghasilkan konten yang tampak benar, namun sebenarnya mengandung kesalahan, terutama jika tidak disertai proses verifikasi.
AI dilatih menggunakan berbagai data dari internet, termasuk teks yang dilindungi hak cipta. Hal ini menimbulkan pertanyaan hukum mengenai siapa yang memiliki hak atas konten yang dihasilkan AI. Di beberapa negara, perdebatan hukum seputar kepemilikan konten AI masih terus berlangsung.
Di Indonesia, belum terdapat regulasi yang secara spesifik mengatur kepemilikan dan hak cipta konten hasil AI. Oleh karena itu, brand perlu berhati-hati dan mempertimbangkan potensi risiko hukum.
Ketergantungan berlebih pada AI dapat menyebabkan kehilangan ciri khas merek yang biasanya dibentuk melalui kreativitas manusia. Jika semua konten dibuat oleh mesin, risiko munculnya konten yang seragam dan tidak membangun koneksi emosional akan meningkat.
Hal ini bisa merugikan brand dalam jangka panjang, terutama dalam membangun loyalitas pelanggan.
Agar penggunaan AI dalam copywriting tidak merusak kualitas dan orisinalitas, perusahaan perlu menerapkan pendekatan hibrida, yaitu menggabungkan kekuatan AI dengan kreativitas manusia.
AI sebaiknya digunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti. Tim kreatif dapat memanfaatkan AI untuk menghasilkan draf awal atau mencari inspirasi, sementara proses penyuntingan dan penyempurnaan tetap dilakukan oleh manusia.
Pendekatan ini membantu menjaga kualitas konten sekaligus meningkatkan produktivitas.
Hasil output AI sangat tergantung dari input yang diberikan. Maka dari itu, penting bagi tim konten mempelajari teknik prompt engineering, yaitu seni menyusun perintah yang jelas, terstruktur, dan relevan agar AI menghasilkan teks yang sesuai kebutuhan.
Contohnya, daripada hanya menulis “buatkan iklan produk kecantikan,” lebih baik gunakan perintah seperti:
“Tulis copy iklan serum wajah untuk wanita usia 25–35 tahun, dengan gaya bahasa profesional dan CTA ajakan membeli di e-commerce.”
Konten yang dihasilkan AI harus selalu ditinjau oleh manusia. Proses ini meliputi pengecekan fakta, penyesuaian bahasa, sensitivitas budaya, hingga validasi kesesuaian tone of voice merek.
Hal ini penting untuk mencegah penyebaran informasi yang salah dan memastikan konten tetap relevan bagi target audiens.
Efektivitas AI dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan data perilaku pelanggan, seperti hasil social listening, data penelusuran, atau kebiasaan berbelanja. Dengan demikian, konten yang dihasilkan bisa lebih tepat sasaran dan meningkatkan konversi.
Berbagai platform AI telah dikembangkan secara khusus untuk mendukung kebutuhan copywriting, antara lain:
ChatGPT-4.5 (OpenAI): Fleksibel untuk berbagai jenis konten dan mendukung integrasi API
Jasper.ai: Spesialis dalam konten marketing, dengan fitur penyesuaian tone of voice
Copy.ai: Ideal untuk kampanye sosial media dan email marketing
Writesonic: Cocok untuk pembuatan konten cepat dan ringa
Notion AI: Digunakan untuk brainstorming ide dan menulis draf awal
Penggunaan alat-alat ini membantu tim pemasaran menghemat waktu sekaligus meningkatkan volume dan kualitas produksi konten.
Regulasi mengenai penggunaan AI di bidang konten masih berkembang. Di Eropa, AI Act mulai diberlakukan dan mengatur transparansi penggunaan AI. Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah mengembangkan kebijakan serupa untuk menjaga integritas dan tanggung jawab penggunaan AI.
Brand disarankan untuk:
Menginformasikan jika konten dihasilkan oleh AI
Tidak menggunakan AI untuk meniru individu nyata tanpa izin
Menghindari pembuatan konten yang sensitif atau mengandung hoaks
Langkah-langkah ini penting untuk menjaga kepercayaan publik dan menghindari risiko hukum di masa depan.
Otomatisasi copywriting dengan teknologi AI merupakan kemajuan besar dalam industri konten digital. Namun, AI bukanlah pengganti total bagi peran manusia. Kreativitas, intuisi, dan kepekaan emosional tetap menjadi kekuatan utama yang hanya dimiliki oleh manusia.
Di tahun 2025, keberhasilan sebuah brand tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi pada kemampuan mereka dalam menciptakan kolaborasi sinergis antara AI dan talenta kreatif manusia. Dengan strategi yang seimbang, perusahaan dapat menghasilkan konten yang cepat, skalabel, dan tetap autentik.
MIT Technology Review, “AI and the Age of Confident Misinformation”, 2024
Harvard Business Review, “When AI Writes Your Marketing Copy”, 2023
Jasper.ai AI Marketing Report, 2025
Kominfo.go.id, draft kebijakan pemanfaatan kecerdasan buatan di Indonesia, 2025
Image Source: Unsplash, Inc.