Pernahkah Anda merasa bingung, apakah brand Anda perlu berkolaborasi dengan influencer? Di satu sisi, Anda melihat banyak brand lain sukses besar dengan strategi ini, meraih jutaan engagement dan penjualan. Di sisi lain, Anda juga mendengar cerita tentang kolaborasi yang gagal, menghabiskan anggaran tanpa hasil, atau bahkan merusak reputasi. Pertanyaan "kapan sebaiknya gunakan influencer, kapan tidak?" menjadi sangat relevan di era pemasaran digital yang serba dinamis ini.
Dulu, pemasaran mungkin lebih banyak berpusat pada iklan massal atau promosi di media tradisional. Namun, media sosial telah mengubahnya. Konsumen kini lebih percaya pada rekomendasi dari individu yang mereka ikuti dan percayai di platform digital. Di sinilah influencer marketing muncul sebagai strategi jitu. Kekuatannya terletak pada kemampuan influencer untuk terhubung secara autentik dengan audiens mereka, membangun kepercayaan, dan memengaruhi keputusan pembelian.
Namun, seperti semua alat pemasaran, influencer marketing bukanlah obat mujarab yang cocok untuk setiap brand, setiap produk, atau setiap tujuan. Ada waktu dan tempat yang tepat untuk menggunakannya, dan ada pula situasi di mana sumber daya Anda akan lebih efektif dialokasikan ke strategi lain. Memahami nuansa ini adalah kunci untuk memastikan setiap rupiah yang Anda investasikan membuahkan hasil.
Mari kita selami lebih dalam, mengapa memahami kapan sebaiknya menggunakan influencer dan kapan tidak adalah kunci yang tak tergantikan untuk mengoptimalkan anggaran pemasaran Anda, apa saja faktor-faktor penentu keputusan, dan bagaimana Anda bisa membangun strategi pemasaran yang efektif dan cerdas di tahun ini!
Influencer marketing adalah strategi pemasaran yang melibatkan individu yang memiliki kredibilitas, jangkauan, dan mampu memengaruhi keputusan atau opini audiens mereka di platform digital. Kolaborasi dengan influencer memungkinkan brand untuk:
Menjangkau audiens baru yang tersegmentasi dan relevan.
Membangun kepercayaan melalui rekomendasi dari pihak ketiga yang dianggap lebih autentik daripada iklan tradisional.
Menciptakan konten yang lebih relatable dan sesuai dengan gaya platform.
Meningkatkan brand awareness, engagement, dan pada akhirnya, penjualan.
Namun, daya tarik influencer marketing yang terlihat mudah seringkali menyembunyikan kompleksitas di baliknya. Keputusan untuk menggunakan influencer haruslah strategis, bukan sekadar mengikuti tren atau melihat brand lain melakukannya.
Ada beberapa skenario di mana influencer marketing bisa menjadi strategi yang sangat efektif dan memberikan dampak signifikan bagi brand Anda.
1. Tujuan Pemasaran Anda Fokus pada Kepercayaan dan Autentisitas
Jika tujuan utama kampanye Anda adalah membangun kepercayaan yang mendalam, meningkatkan kredibilitas, dan membuat pesan brand terasa lebih autentik, maka influencer marketing adalah pilihan yang sangat kuat.
Mengapa Efektif: Konsumen modern cenderung lebih percaya pada rekomendasi dari individu yang mereka ikuti (terutama micro atau nano-influencer yang terasa lebih relatable) daripada iklan tradisional. Sebuah testimoni tulus dari influencer yang benar-benar menggunakan dan menyukai produk bisa jauh lebih meyakinkan daripada klaim brand Anda sendiri.
Contoh Situasi:
Meluncurkan produk baru yang membutuhkan validasi dari pihak ketiga.
Membangun kembali kepercayaan brand setelah krisis.
Menargetkan audiens yang sangat skeptis terhadap iklan.
Produk yang memerlukan demonstrasi nyata dan pengalaman personal.
2. Anda Ingin Menjangkau Niche Audiens yang Spesifik dan Loyal
Jika brand Anda menargetkan segmen audiens yang sangat spesifik, dengan minat atau gaya hidup yang unik, influencer marketing bisa menjadi jalan pintas yang efektif.
Mengapa Efektif: Influencer seringkali memiliki niche audiens yang sangat loyal dan terfokus (misalnya, influencer kecantikan vegan, influencer gamer indie, influencer parenting anak berkebutuhan khusus). Mereka telah membangun hubungan dan kepercayaan yang mendalam dengan pengikut mereka di ceruk tersebut.
Contoh Situasi:
Brand makanan vegan ingin menjangkau komunitas vegan.
Brand alat musik ingin menjangkau musisi spesifik (misalnya pemain gitar akustik).
Brand software B2B yang ingin menjangkau para profesional di industri tertentu.
Manfaat: Anda mendapatkan akses langsung ke audiens yang sudah tersegmentasi dan memiliki minat tinggi, yang seringkali lebih sulit dicapai dengan iklan massal.
3. Tujuan Anda Adalah Meningkatkan Brand Awareness dan Engagement Organik
Jika Anda ingin brand Anda dikenal lebih luas di kalangan audiens target dan memicu interaksi yang tulus, influencer marketing bisa sangat membantu.
Mengapa Efektif: Ketika influencer mempromosikan brand Anda, konten mereka akan menjangkau pengikut mereka (yang mungkin belum mengenal brand Anda). Konten yang dibuat influencer seringkali terasa lebih organik dan engaging sehingga menghasilkan likes, komentar, shares, dan saves yang lebih tinggi. Ini sinyal positif bagi algoritma media sosial, yang dapat meningkatkan jangkauan organik postingan Anda.
Contoh Situasi:
Meluncurkan kampanye brand awareness untuk startup baru.
Menciptakan buzz di sekitar event atau promo khusus.
Mendorong partisipasi dalam challenge atau kontes di media sosial.
4. Anda Membutuhkan Konten Autentik dan User-Generated Content (UGC)
Jika brand Anda membutuhkan konten yang terasa alami dan jujur, yang dibuat dari sudut pandang konsumen, influencer bisa menjadi produsen konten yang efektif.
Mengapa Efektif: Influencer terbiasa membuat konten yang sesuai dengan gaya platform dan disukai audiens mereka. Mereka dapat menciptakan foto, video, atau ulasan yang terasa lebih personal dan autentik daripada konten yang dibuat langsung oleh brand. Konten ini juga bisa di-repurpose oleh brand sebagai UGC.
Contoh Situasi:
Brand kosmetik yang ingin menunjukkan hasil riasan di berbagai jenis kulit.
Brand makanan yang ingin menampilkan resep kreatif menggunakan produk mereka.
Brand fesyen yang ingin menampilkan outfit inspiration dengan produk mereka.
5. Produk Anda Memerlukan Demonstrasi atau Penjelasan Mendalam
Untuk produk yang kompleks atau yang cara kerjanya perlu ditunjukkan secara visual, influencer yang jago membuat tutorial bisa sangat membantu.
Mengapa Efektif: Influencer dapat membuat video tutorial langkah demi langkah, unboxing, atau review mendalam yang membantu audiens memahami cara kerja produk, manfaatnya, dan cara menggunakannya secara efektif. Ini menggantikan peran salesperson di toko fisik.
Contoh Situasi:
Brand gadget baru yang memiliki banyak fitur canggih.
Software dengan banyak fungsi yang perlu didemonstrasikan.
Produk DIY atau crafting yang membutuhkan panduan visual.
Meskipun influencer marketing punya banyak potensi, ada situasi di mana sumber daya Anda akan lebih efektif dialokasikan ke strategi pemasaran lain.
1. Produk atau Layanan Anda Bersifat Sangat Sensitif atau Teknis Tanpa Komponen Emosional
Jika produk Anda sangat teknis, khusus, atau tidak memiliki komponen emosional yang bisa dihubungkan dengan gaya hidup influencer, influencer marketing mungkin kurang efektif.
Mengapa Tidak Efektif: Audiens mungkin tidak akan mencari rekomendasi dari influencer untuk hal ini, melainkan dari ahli, forum teknis, atau spesifikasi langsung. Sulit bagi influencer untuk membuat konten yang autentik dan menarik tentang topik yang sangat kering atau teknis.
Contoh Situasi:
Jasa konsultasi pajak yang sangat spesifik.
Komponen hardware komputer yang sangat teknis.
Peralatan industri berat.
Alternatif: Konten website yang mendalam (artikel, whitepaper), webinar yang dipandu ahli, event industri, pemasaran langsung kepada decision-maker.
2. Tujuan Pemasaran Anda Hanya Penjualan Massal Cepat dengan Harga Rendah
Jika satu-satunya tujuan Anda adalah menjual produk sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat dengan harga yang sangat rendah, dan profit margin Anda sangat tipis, influencer marketing mungkin tidak efisien.
Mengapa Tidak Efektif: Biaya kolaborasi dengan influencer (bahkan micro-influencer) mungkin terlalu tinggi dibandingkan dengan profit margin Anda. Untuk produk harga rendah, iklan berbayar dengan target massal mungkin lebih efisien dalam hal ROI per konversi.
Contoh Situasi:
Produk fidget spinner yang sedang tren singkat.
Barang promosi disposable yang sangat murah.
Alternatif: Iklan performance-based di e-commerce atau media sosial yang sangat menonjolkan harga, flash sale, atau diskon besar-besaran.
3. Anda Tidak Memiliki Anggaran yang Cukup untuk Riset dan Pemantauan
Influencer marketing bukan sekadar kirim produk dan bayar. Ia membutuhkan investasi waktu dan sumber daya untuk riset, briefing, pemantauan, dan evaluasi.
Mengapa Tidak Efektif: Jika Anda hanya punya budget untuk berkolaborasi dengan influencer yang tidak Anda riset, memberikan brief yang minim, dan tidak memantau hasilnya, kampanye Anda berisiko gagal.
Contoh Situasi:
Startup dengan anggaran pemasaran yang sangat terbatas dan tim yang kecil.
Alternatif: Fokus pada SEO organik, content marketing yang bisa Anda buat sendiri, email marketing untuk pelanggan yang sudah ada, atau memanfaatkan UGC (User-Generated Content) tanpa kolaborasi berbayar.
4. Anda Tidak Bersedia Memberikan Kontrol Kreatif kepada Influencer
Jika brand Anda sangat kaku dalam hal branding dan tidak bersedia influencer menyampaikan pesan dengan gaya autentik mereka, kolaborasi bisa jadi tidak berhasil.
Mengapa Tidak Efektif: Konsumen mengikuti influencer karena personal brand dan gaya mereka. Jika Anda membatasi kreativitas mereka dengan script yang terlalu kaku, konten akan terasa dipaksakan dan tidak autentik, sehingga tidak resonan dengan audiens influencer.
Contoh Situasi: Brand yang sangat kaku dengan brand guideline yang tidak bisa ditoleransi untuk penyesuaian gaya.
Alternatif: Fokus pada iklan tradisional yang sepenuhnya di bawah kendali brand, atau bekerja dengan production house untuk membuat konten iklan yang lebih terpoles.
5. Brand Anda Sedang Mengalami Krisis Kepercayaan atau Reputasi Negatif yang Parah
Mencoba menggunakan influencer saat brand Anda sedang bermasalah bisa jadi bumerang.
Mengapa Tidak Efektif: Influencer yang berkolaborasi dengan brand bermasalah bisa jadi sasaran kritik dari pengikutnya sendiri. Audiens akan mempertanyakan integritas influencer dan melihat kolaborasi itu sebagai upaya "pembersihan citra" yang tidak tulus.
Contoh Situasi: Brand yang baru saja terlibat skandal besar (misalnya masalah kualitas produk, etika bisnis, atau isu lingkungan).
Alternatif: Fokus pada perbaikan internal terlebih dahulu, komunikasi krisis yang tulus dan transparan melalui saluran resmi brand, dan membangun kembali kepercayaan secara perlahan sebelum melibatkan pihak ketiga.
6. Produk Anda Melanggar Pedoman Platform atau Kontroversial
Jika produk Anda termasuk dalam kategori yang dibatasi atau kontroversial di platform media sosial, sulit menemukan influencer yang bersedia atau diizinkan untuk mempromosikannya.
Mengapa Tidak Efektif: Banyak influencer menghindari produk yang bisa merusak reputasi mereka atau melanggar aturan platform.
Contoh Situasi: Produk kesehatan yang klaimnya berlebihan, produk yang berkaitan dengan konten dewasa, atau produk-produk ilegal.
Alternatif: Mengandalkan pemasaran langsung, website sendiri, atau strategi niche yang tidak terlalu bergantung pada platform media sosial.
Di tahun ini, keputusan untuk menggunakan influencer marketing tidak lagi bersifat "ya atau tidak" mutlak, melainkan "kapan" dan "bagaimana" yang strategis. Ini adalah alat yang sangat ampuh jika digunakan di waktu dan situasi yang tepat, dengan pemahaman mendalam tentang tujuan brand Anda, audiens, dan sifat platform influencer.
Anda sebaiknya menggunakan influencer jika tujuan Anda adalah membangun kepercayaan dan autentisitas, menjangkau niche audiens yang loyal, meningkatkan brand awareness dan engagement organik, membutuhkan konten autentik, atau produk Anda perlu demonstrasi visual.
Sebaliknya, Anda sebaiknya tidak menggunakan influencer (atau mencari alternatif) jika produk Anda sangat teknis tanpa komponen emosional, tujuan Anda hanya penjualan massal super murah dengan margin tipis, anggaran Anda terbatas untuk riset dan pemantauan yang tepat, Anda tidak bersedia memberikan kontrol kreatif, brand Anda sedang krisis, atau produk Anda melanggar pedoman platform.
Pada akhirnya, influencer marketing adalah sebuah kemitraan strategis. Suksesnya tergantung pada keselarasan value antara brand dan influencer, brief yang jelas namun fleksibel, pengukuran tujuan yang tepat, dan komitmen untuk membangun hubungan jangka panjang.
Image Source: Unsplash, Inc.