Dalam dunia e-commerce yang terus berkembang pesat di Indonesia, kehadiran marketplace besar seperti Shopee, TikTok Shop, dan Tokopedia telah menjadi panggung utama yang tak terhindarkan bagi para pelaku bisnis. Untuk bersaing secara efektif dan memenangkan perhatian konsumen di tengah gempuran produk serupa, beriklan di platform-platform ini adalah suatu keharusan yang tak bisa ditawar lagi. Namun, efektivitas kampanye iklan tidak hanya bergantung pada seberapa besar anggaran yang dialokasikan, melainkan juga pada bagaimana anggaran tersebut dikelola, dioptimalkan, dan didistribusikan. Dua elemen kunci yang seringkali menjadi penentu keberhasilan adalah strategi auto-bidding dan mekanisme budget split.
Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana fitur auto-bidding bekerja dan bagaimana Anda dapat memanfaatkan budget split secara cerdas di Shopee Ads, TikTok Shop Ads, dan Tokopedia Ads. Kita akan membedah strategi terbaik untuk mengalokasikan anggaran, memahami perilaku algoritma masing-masing platform, dan yang terpenting, memastikan setiap rupiah yang Anda belanjakan menghasilkan Return on Ad Spend (ROAS) yang maksimal di tahun ini, mengukir kisah sukses bagi bisnis Anda di ranah digital.
Sebelum kita menyelami detail auto-bidding dan budget split, penting untuk menyadari bahwa iklan di marketplace saat ini jauh lebih kompleks, cerdas, dan dinamis dibandingkan beberapa tahun lalu. Platform-platform raksasa ini telah menginvestasikan sumber daya besar dalam pengembangan algoritma Machine Learning dan Artificial Intelligence (AI) untuk mengoptimalkan kinerja iklan mereka. Tujuannya adalah untuk menghubungkan produk yang tepat dengan pembeli yang tepat, pada waktu yang tepat, sehingga menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan bagi seller, pembeli, dan marketplace itu sendiri.
Iklan di marketplace bukan hanya tentang meningkatkan visibilitas produk Anda di tengah keramaian. Lebih dari itu, iklan berfungsi sebagai katalisator multifungsi untuk:
Akselerasi Penjualan: Mendorong konversi secara langsung dari tampilan iklan menjadi pembelian produk yang sebenarnya. Ini adalah tujuan utama bagi banyak seller.
Peningkatan Brand Awareness: Memperkenalkan produk atau brand Anda kepada audiens yang lebih luas dan relevan, membangun ingatan dan pengenalan merek di benak konsumen.
Akuisisi Pelanggan Baru: Menarik pembeli yang mungkin belum familiar dengan brand Anda sebelumnya, memperluas basis pelanggan Anda.
Retensi Pelanggan: Mendorong pembelian berulang dari pelanggan lama melalui penargetan ulang (retargeting) yang relevan, membangun loyalitas.
Optimalisasi Inventori: Mempercepat perputaran produk yang bergerak lambat (slow-moving) atau bersifat musiman, membantu mengurangi biaya penyimpanan dan risiko kerugian.
Dengan ribuan bahkan jutaan seller yang bersaing memperebutkan perhatian konsumen, strategi bidding dan alokasi anggaran (budget split) menjadi sangat krusial. Ini adalah inti dari bagaimana Anda bersaing dalam lelang iklan dan mendapatkan posisi strategis yang dapat membawa bisnis Anda ke level berikutnya.
Auto-bidding (sering disebut juga smart bidding atau automated bidding) adalah strategi di mana platform iklan (Shopee Ads, TikTok Shop Ads, Tokopedia Ads) menggunakan algoritma Machine Learning mereka untuk secara otomatis menyesuaikan bid Anda dalam lelang iklan real-time. Tujuannya adalah untuk mencapai target kinerja tertentu yang Anda tetapkan, seperti memaksimalkan klik, konversi, atau ROAS, selalu dalam batasan anggaran harian atau bulanan yang telah Anda tentukan.
Bagaimana Auto-Bidding Bekerja di Balik Layar?
Algoritma auto-bidding menganalisis sejumlah besar sinyal data secara instan, dalam hitungan milidetik, untuk setiap lelang iklan yang terjadi. Data-data kunci yang dianalisis meliputi:
Histori Kinerja Iklan: Data performa kampanye Anda sebelumnya, termasuk Click-Through Rate (CTR), tingkat konversi, dan ROAS yang berhasil dicapai. Algoritma belajar dari apa yang telah berhasil di masa lalu.
Perilaku Pengguna: Analisis mendalam terhadap riwayat pencarian individual, penelusuran produk, barang yang masuk keranjang belanja, dan histori pembelian dari setiap individu pengguna.
Atribut Produk: Relevansi produk dengan kata kunci yang dicari, kualitas listing produk (gambar, deskripsi), dan jumlah serta kualitas ulasan produk.
Konteks Lelang: Intensitas persaingan untuk kata kunci atau segmen audiens tertentu pada saat itu, waktu hari (apakah jam sibuk atau tidak), lokasi geografis pengguna, dan jenis perangkat yang digunakan (ponsel, desktop, tablet).
Tren Pasar: Algoritma juga sangat peka terhadap perubahan permintaan atau tren pencarian yang sedang berlangsung secara luas, seperti tren produk musiman atau fenomena viral.
Dengan memproses informasi yang sangat kompleks ini secara real-time, sistem auto-bidding akan secara dinamis menaikkan atau menurunkan bid Anda untuk setiap tayangan iklan. Tujuannya adalah memaksimalkan peluang Anda untuk memenangkan lelang yang paling relevan dengan tujuan Anda, misalnya, hanya beriklan pada momen ketika potensi konversi sangat tinggi.
Auto-Bidding di Berbagai Platform Marketplace Utama:
Shopee Ads: Shopee menawarkan berbagai opsi auto-bidding yang terintegrasi, terutama pada kampanye iklan pencarian dan iklan produk serupa. Fitur "Optimasi Otomatis" atau "Tujuan Iklan" memungkinkan seller untuk memilih strategi seperti:
Maksimalisasi Klik: Algoritma akan berusaha mendapatkan klik sebanyak mungkin dalam anggaran yang tersedia, cocok untuk tujuan peningkatan trafik.
Maksimalisasi Konversi/ROAS: Algoritma akan berusaha menghasilkan penjualan atau ROAS setinggi mungkin. Seller seringkali dapat menetapkan target ROAS spesifik yang ingin dicapai, dan sistem akan mengoptimalkan bid untuk itu. Shopee juga memiliki fitur "Optimasi Kata Kunci Otomatis" di mana sistem dapat merekomendasikan dan menambahkan kata kunci relevan secara otomatis berdasarkan performa.
TikTok Shop Ads: TikTok Shop, sebagai platform yang sangat mengandalkan video dan konten visual, memiliki fitur auto-bidding yang terintegrasi erat dengan tujuan kampanye yang berorientasi pada interaksi dan penjualan. Tujuannya bisa meliputi:
Peningkatan Tayangan Video (Views): Untuk tujuan brand awareness dan jangkauan konten.
Peningkatan Kunjungan Profil/Toko: Mendorong trafik berkualitas ke halaman profil atau toko Anda di TikTok Shop.
Peningkatan Penjualan Produk (Conversions): Mengoptimalkan bid untuk pembelian langsung dari TikTok Shop melalui iklan yang relevan. TikTok Shop Ads akan mengoptimalkan bid Anda berdasarkan metrik seperti Cost Per Result (CPR) atau ROAS, memastikan iklan Anda tayang kepada audiens yang paling mungkin berinteraksi, terlibat, atau membeli produk Anda setelah melihat konten video.
Tokopedia Ads: Tokopedia juga menyediakan opsi auto-bidding yang canggih, terutama pada fitur Iklan Produk Otomatis atau Iklan Toko. Anda dapat menetapkan tujuan seperti:
Maksimalisasi Klik: Bertujuan mendapatkan trafik maksimal ke halaman produk/toko Anda di Tokopedia.
Maksimalisasi Konversi: Mengoptimalkan bid untuk jumlah penjualan atau transaksi.
Target ROAS: Memungkinkan seller untuk menetapkan target rasio pendapatan terhadap biaya iklan, memberikan kontrol lebih atas profitabilitas. Sistem Tokopedia akan menggunakan AI untuk menentukan bid optimal agar tujuan tersebut tercapai, menyesuaikan secara dinamis di setiap lelang.
Kelebihan Auto-Bidding yang Memukau:
Efisiensi Waktu dan Tenaga: Ini adalah keuntungan terbesar yang ditawarkan auto-bidding. Anda dibebaskan dari pemantauan dan penyesuaian bid manual yang memakan waktu dan seringkali melelahkan. Ini sangat ideal untuk seller dengan banyak SKU atau tim pemasaran yang terbatas.
Optimasi Berbasis Data Skala Besar: Algoritma dapat menganalisis dan bereaksi terhadap jutaan data poin secara real-time, mengidentifikasi peluang atau masalah yang tidak mungkin terdeteksi atau direspons secepat oleh manusia.
Respons Cepat terhadap Dinamika Pasar: Perubahan persaingan yang mendadak, tren pencarian yang sedang naik daun, atau pergeseran perilaku konsumen dapat direspons secara instan oleh algoritma, memastikan iklan Anda tetap relevan dan optimal.
Potensi Kinerja Optimal: Dengan data yang cukup, auto-bidding seringkali mampu menghasilkan ROAS atau jumlah konversi yang lebih baik dibandingkan bidding manual. Ini karena kemampuannya dalam melakukan optimasi mikro pada setiap interaksi pengguna.
Targeting yang Lebih Presisi: Algoritma dapat menemukan segmen audiens yang paling mungkin berkonversi dan menyesuaikan bid untuk menjangkau mereka, bahkan jika segmen tersebut tidak mudah diidentifikasi secara manual.
Kekurangan Auto-Bidding yang Perlu Diwaspadai:
Kurangnya Kontrol Granular: Anda menyerahkan sebagian besar kendali kepada algoritma, yang bisa membuat Anda merasa kurang transparan atau kurang memahami mengapa bid tertentu dipilih pada waktu tertentu.
Membutuhkan Data Historis yang Cukup: Untuk performa optimal, algoritma memerlukan data konversi yang signifikan untuk "belajar". Kampanye baru atau produk dengan sedikit riwayat penjualan mungkin perlu waktu untuk mencapai titik optimasi terbaik.
Potensi Overspending di Awal: Terkadang, di fase "pembelajaran" awal, algoritma mungkin melakukan bid yang lebih agresif untuk mengumpulkan data, yang bisa menyebabkan pengeluaran lebih tinggi sementara sebelum optimasi tercapai. Pemantauan ketat tetap diperlukan.
Keterbatasan untuk Niche Sangat Spesifik: Untuk pasar yang sangat ceruk (niche) atau strategi yang sangat unik dengan data historis terbatas, auto-bidding mungkin tidak seefektif yang diinginkan karena kurangnya pola data untuk dioptimalkan.
Budget split adalah strategi di mana Anda secara sengaja membagi anggaran iklan Anda ke berbagai kampanye, jenis iklan, atau bahkan platform yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan kinerja keseluruhan dengan mengalokasikan sumber daya ke area yang paling menjanjikan atau yang paling sesuai dengan tujuan strategis Anda. Ini adalah langkah proaktif untuk mengelola portofolio iklan Anda.
Mengapa Budget Split Sangat Penting di Era Auto-Bidding?
Meskipun fitur auto-bidding sudah sangat canggih, alokasi anggaran yang tepat melalui budget split menjadi semakin vital. Budget split membantu Anda:
Mengurangi Risiko: Dengan tidak menempatkan semua telur dalam satu keranjang, Anda meminimalisir risiko kerugian. Jika satu kampanye tidak berkinerja baik, kampanye lain tetap berjalan dan dapat mengimbangi.
Mengidentifikasi Kinerja Terbaik: Dengan membagi anggaran, Anda dapat membandingkan efektivitas berbagai strategi, produk, atau jenis iklan secara langsung dan mengetahui mana yang memberikan ROAS paling tinggi.
Maksimalisasi Potensi Berbeda: Setiap jenis iklan atau platform mungkin memiliki potensi dan kekuatan yang berbeda (misalnya, iklan pencarian untuk intensi tinggi, iklan video untuk awareness dan engagement). Budget split memungkinkan Anda memaksimalkan potensi ini.
Mengelola Anggaran Secara Efisien: Memastikan bahwa uang dihabiskan untuk tempat yang tepat sesuai dengan tujuan strategis Anda, mengoptimalkan setiap rupiah yang dikeluarkan.
Strategi Budget Split yang Dapat Diterapkan di Berbagai Platform:
Budget Split Berdasarkan Tujuan Kampanye:
Awareness vs. Konversi: Alokasikan sebagian anggaran untuk kampanye awareness (misalnya, Iklan Produk Serupa Shopee, Iklan Halaman Utama Tokopedia, Iklan Video TikTok Shop) dan sebagian besar untuk kampanye yang berorientasi konversi (Iklan Pencarian, Product Listing Ads).
Contoh praktis: 20% anggaran untuk awareness, 80% untuk kampanye konversi yang berpotensi menghasilkan penjualan langsung.
Budget Split Berdasarkan Kategori Produk/SKU:
Produk Best-Seller vs. Produk Baru/Slow-Moving: Berikan anggaran yang lebih besar kepada produk best-seller yang sudah terbukti menghasilkan penjualan dan ROAS tinggi. Namun, sisihkan juga anggaran untuk produk baru agar mendapatkan visibilitas awal, atau untuk produk yang bergerak lambat agar stok cepat habis.
Contoh praktis: 60% anggaran untuk best-seller, 20% untuk produk new arrival, dan 20% untuk produk slow-moving.
Budget Split Berdasarkan Jenis Iklan:
Iklan Pencarian vs. Iklan Produk Serupa/Rekomendasi (Shopee & Tokopedia): Iklan pencarian menangkap intensi pembeli yang sudah mencari produk spesifik, sementara iklan produk serupa/rekomendasi mendorong penemuan produk baru.
Contoh praktis: 70% untuk iklan pencarian (dengan potensi ROAS tinggi), 30% untuk iklan produk serupa (untuk product discovery).
Iklan Produk vs. Iklan Toko (Tokopedia): Iklan produk fokus pada SKU spesifik, sementara iklan toko mendorong trafik ke seluruh etalase toko Anda.
Contoh praktis: 85% untuk iklan produk (fokus penjualan), 15% untuk iklan toko (untuk peningkatan brand visibility toko).
Iklan Video vs. Iklan Gambar (TikTok Shop): Jika TikTok Shop memungkinkan iklan gambar (selain video), alokasikan anggaran berdasarkan performa kedua format konten. Video umumnya lebih dominan dan efektif di TikTok.
Budget Split Berdasarkan Kinerja (ROAS/CPA):
Re-alokasi Dinamis: Pantau ROAS atau CPA dari setiap kampanye atau grup iklan secara terus-menerus. Pindahkan anggaran dari kampanye yang berkinerja buruk (ROAS rendah, CPA tinggi) ke kampanye yang menghasilkan ROAS tinggi. Strategi ini membutuhkan pemantauan aktif dan fleksibilitas, meskipun auto-bidding sudah berjalan di dalamnya.
Contoh praktis: Jika Kampanye A mencapai ROAS 5x dan Kampanye B hanya 2x, pertimbangkan untuk memindahkan 10-20% anggaran dari Kampanye B ke Kampanye A setiap minggu setelah analisis mendalam.
Budget Split Lintas Platform (Shopee, TikTok Shop, Tokopedia):
Jika Anda beriklan di lebih dari satu marketplace, Anda harus memutuskan bagaimana membagi anggaran total Anda di antara platform-platform tersebut. Pertimbangkan faktor-faktor berikut:
Analisis Audiens: Apakah audiens target Anda lebih aktif di Shopee, TikTok Shop, atau Tokopedia untuk kategori produk Anda?
Potensi ROAS: Platform mana yang secara konsisten memberikan ROAS terbaik untuk kategori produk Anda? Lakukan A/B testing di antara platform.
Tujuan Strategis: Apakah Anda ingin mendominasi di satu platform tertentu, atau memiliki kehadiran yang seimbang di semua platform?
Contoh praktis: Sebuah brand fesyen mungkin mengalokasikan 40% anggaran ke TikTok Shop (untuk awareness dan engagement visual), 35% ke Shopee (untuk penjualan volume tinggi dan promosi), dan 25% ke Tokopedia (untuk ceruk pasar tertentu atau pelanggan yang lebih loyal).
Implementasi Budget Split yang Efektif: Langkah Demi Langkah
Tentukan Tujuan yang Jelas: Sebelum membagi anggaran, definisikan dengan jelas tujuan spesifik dari setiap kampanye. Apakah itu brand awareness, konversi, atau menghabiskan stok produk tertentu? Tujuan yang jelas akan memandu alokasi anggaran Anda.
Mulai dengan Eksperimen Kecil: Jangan langsung mengalokasikan anggaran besar pada strategi budget split yang baru. Mulai dengan porsi kecil, lihat hasilnya, dan skalakan jika terbukti berhasil. Ini adalah pendekatan yang aman dan terukur.
Pantau dan Sesuaikan Secara Berkala: Budget split bukanlah keputusan satu kali. Pasar berubah, kinerja kampanye berubah. Lakukan peninjauan mingguan atau bulanan terhadap semua kampanye Anda dan sesuaikan alokasi anggaran Anda sesuai dengan data terbaru.
Gunakan Fitur Penyesuaian Anggaran Otomatis (jika tersedia): Beberapa platform mungkin memiliki fitur untuk mengalokasikan anggaran secara dinamis antar kampanye berdasarkan kinerja. Manfaatkan fitur ini jika tersedia untuk otomasi lebih lanjut.
Mari kita lihat bagaimana sebuah brand kosmetik dan skincare bernama "Cantik Sehat" dengan 300 SKU mengintegrasikan strategi auto-bidding dan budget split di Shopee, TikTok Shop, dan Tokopedia untuk memaksimalkan potensi iklan mereka.
Tujuan "Cantik Sehat":
Meningkatkan penjualan keseluruhan di marketplace.
Membangun brand awareness untuk koleksi skincare terbaru mereka yang inovatif.
Memaksimalkan ROAS agar kampanye tetap profitabel.
Strategi Implementasi yang Diterapkan:
Budget Split Lintas Platform:
Shopee (40% Anggaran): Target utama penjualan volume tinggi, memanfaatkan promosi dan flash sale Shopee yang masif.
TikTok Shop (35% Anggaran): Fokus pada brand awareness dan engagement video, serta penjualan yang didorong oleh konten viral.
Tokopedia (25% Anggaran): Menargetkan pelanggan yang cenderung lebih loyal dan mencari produk dengan riset mendalam serta preferensi e-commerce yang stabil.
Strategi Auto-Bidding per Platform:
Shopee Ads:
Iklan Pencarian (Produk Utama & Best-Seller): Menggunakan auto-bidding dengan tujuan Target ROAS (misalnya, menetapkan target 400%). Ini memungkinkan Shopee mengoptimalkan bid untuk setiap klik guna mencapai target ROAS yang diinginkan.
Iklan Produk Serupa (Produk Baru & Pendukung): Menggunakan auto-bidding dengan tujuan Maksimalisasi Konversi. Memberikan visibilitas kepada produk baru di halaman rekomendasi pembeli yang relevan.
TikTok Shop Ads:
Kampanye Video & Live Shopping (Koleksi Skincare Baru): Menggunakan auto-bidding dengan tujuan Peningkatan Penjualan Produk (Conversions). TikTok Shop akan secara otomatis menyesuaikan bid untuk menampilkan video ke audiens yang paling mungkin membeli produk skincare setelah menonton konten.
Kampanye Traffic (Profil Toko): Menggunakan auto-bidding dengan tujuan Peningkatan Kunjungan Profil. Untuk menarik follower baru dan meningkatkan engagement pada akun TikTok Shop mereka.
Tokopedia Ads:
Iklan Produk Otomatis (Semua SKU, Prioritas Best-Seller): Menggunakan auto-bidding dengan tujuan Maksimalisasi Konversi. Tokopedia akan mengoptimalkan bid untuk SKU yang paling relevan dengan pencarian pembeli.
Iklan Toko (Brand Awareness di Tokopedia): Menggunakan auto-bidding dengan tujuan Maksimalisasi Klik. Untuk meningkatkan visibilitas toko "Cantik Sehat" di hasil pencarian Tokopedia dan halaman kategori.
Budget Split Internal per Platform:
Shopee: 70% untuk Iklan Pencarian (karena ROAS-nya cenderung tinggi), 30% untuk Iklan Produk Serupa (untuk penemuan produk).
TikTok Shop: 80% untuk kampanye video penjualan (conversion-driven), 20% untuk kampanye traffic profil (untuk brand building).
Tokopedia: 85% untuk Iklan Produk Otomatis, 15% untuk Iklan Toko.
Monitoring dan Re-alokasi Dinamis:
Setiap minggu, tim pemasaran "Cantik Sehat" memantau ROAS dari setiap kampanye di ketiga platform.
Jika ROAS satu kampanye sangat rendah, mereka akan meninjau kualitas listing produk, copy iklan, atau penargetan. Jika tidak ada perbaikan signifikan, mereka akan mengurangi anggaran kampanye tersebut dan memindahkannya ke kampanye yang berkinerja lebih baik, bahkan jika itu berarti mengubah alokasi budget lintas platform (misalnya, jika TikTok Shop tiba-tiba memberikan ROAS yang jauh lebih tinggi, mereka akan menggeser 5% anggaran dari Shopee/Tokopedia ke TikTok Shop).
Pada periode campaign besar (misalnya, 9.9, 11.11, Ramadhan, Harbolnas), mereka menaikkan anggaran total secara signifikan dan menyesuaikan budget split secara agresif untuk memaksimalkan peluang penjualan.
Hasil yang Dicapai:
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan fleksibel ini, "Cantik Sehat" berhasil meningkatkan GMV mereka sebesar 45% dalam satu kuartal, mencapai ROAS rata-rata 4x, dan meningkatkan jumlah follower di TikTok Shop secara signifikan, yang berdampak pada peningkatan brand loyalty dan organic reach. Fleksibilitas dalam budget split dan kepercayaan pada auto-bidding (dengan pemantauan ketat) memungkinkan mereka beradaptasi cepat dan meraih peluang pasar yang muncul.
Untuk memastikan kampanye iklan Anda bekerja maksimal, perhatikan juga faktor-faktor pendukung berikut:
Pastikan Kualitas Listing Produk Prima: Tidak ada strategi bidding atau budget split yang bisa menutupi listing produk yang buruk. Pastikan judul, deskripsi, gambar, dan video produk Anda optimal, informatif, dan menarik secara visual. Ini adalah dasar bagi kinerja iklan yang baik.
Riset Kata Kunci Menyeluruh: Bahkan dengan auto-bidding, riset kata kunci tetap penting. Gunakan tool riset kata kunci marketplace dan Google Keyword Planner untuk mengidentifikasi kata kunci yang relevan, populer, dan memiliki intensi pembelian tinggi. Gunakan kata kunci negatif untuk menghindari impresi yang tidak relevan yang hanya akan membuang anggaran.
Mulai dengan Anggaran Realistis: Jangan mengalokasikan anggaran terlalu kecil sehingga algoritma auto-bidding tidak memiliki cukup data untuk belajar dan mengoptimalkan. Namun, juga jangan terlalu besar di awal agar tidak overspending di fase awal. Keseimbangan adalah kunci.
Berikan Waktu pada Algoritma untuk Belajar: Auto-bidding memerlukan waktu untuk mengumpulkan data dan mengoptimalkan. Jangan langsung panik jika hasilnya tidak instan. Berikan waktu minimal 7-14 hari sebelum membuat keputusan besar atau mengubah strategi secara drastis.
Perhatikan Kinerja Per Jam/Hari: Beberapa platform menyediakan data kinerja per jam atau per hari. Analisis ini dapat membantu Anda memahami kapan audiens Anda paling aktif dan kapan bid Anda paling efektif, memberikan insight untuk penyesuaian strategi.
Manfaatkan Fitur Penyesuaian Bid Lanjutan (jika Manual): Jika Anda menggunakan strategi hibrida dan mengintervensi secara manual, perhatikan fitur seperti penyesuaian bid berdasarkan demografi, lokasi geografis, atau jenis perangkat jika platform menyediakannya. Ini memungkinkan optimasi yang lebih granular.
Jangan Lupakan Promosi Internal Marketplace: Iklan adalah satu hal, tetapi promosi internal marketplace (misalnya, Flash Sale, Voucher Toko, Bundling Produk) juga sangat penting untuk meningkatkan konversi dan Average Order Value (AOV). Integrasikan strategi iklan Anda dengan promosi ini untuk sinergi maksimal.
Pelajari Laporan Kinerja Secara Mendalam: Jangan hanya melihat ROAS. Perhatikan metrik lain seperti CTR, rasio konversi, biaya per klik, dan biaya per akuisisi. Ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap dan holistik tentang efektivitas kampanye Anda.
Lakukan A/B Testing Konstan: Teruslah bereksperimen dengan berbagai judul iklan, gambar, deskripsi, hingga penargetan audiens. A/B testing adalah cara terbaik untuk menemukan apa yang paling efektif untuk produk dan audiens Anda.
Di tahun ini dan ke depannya, tren bidding di marketplace akan semakin didominasi oleh kecerdasan buatan dan otomatisasi yang terus berevolusi. Algoritma akan terus menjadi lebih canggih dalam memprediksi perilaku konsumen dan mengoptimalkan bid secara real-time dengan presisi yang menakjubkan.
Peningkatan Adopsi Bidding Berbasis Tujuan: Marketplace akan semakin mendorong seller untuk menggunakan strategi bidding berbasis tujuan, seperti target ROAS atau target CPA, daripada hanya fokus pada klik atau tayangan. Ini karena marketplace ingin seller sukses dalam menghasilkan penjualan yang menguntungkan, yang pada akhirnya juga menguntungkan marketplace itu sendiri.
Personalisasi Iklan yang Lebih Dalam: Algoritma akan semakin mampu menayangkan iklan yang sangat personal, bahkan pada level individu, berdasarkan riwayat belanja, preferensi, dan perilaku real-time mereka. Ini akan memengaruhi bagaimana bid dioptimalkan, bergerak menuju hyper-personalization.
Integrasi Iklan Lintas Saluran: Akan ada tren integrasi yang lebih kuat antara iklan di marketplace dan platform periklanan lain (misalnya, Google Ads, Meta Ads). Kemampuan untuk mengelola bid dan anggaran secara holistik di berbagai channel akan menjadi keuntungan kompetitif yang signifikan bagi brand.
Pentingnya Data Zero-Party dan First-Party: Dengan semakin ketatnya regulasi privasi data global, data yang dikumpulkan langsung dari pelanggan (zero-party data seperti preferensi yang diberikan, dan first-party data seperti histori pembelian) akan menjadi semakin berharga untuk personalisasi dan optimasi bidding. Membangun basis data pelanggan yang kuat akan menjadi aset yang krusial.
AI Generatif dalam Pembuatan Konten Iklan: AI generatif akan semakin membantu dalam membuat copy iklan yang menarik, optimasi judul, bahkan menghasilkan visual yang relevan secara otomatis dalam skala besar, membebaskan tim pemasaran untuk fokus pada strategi.
Seller yang proaktif dalam memahami dan mengadopsi teknologi bidding terbaru akan memiliki keunggulan kompetitif yang jelas. Tidak hanya mengandalkan fitur dasar, tetapi juga menggali lebih dalam opsi-opsi bidding otomatis yang lebih canggih dan mengintegrasikannya dengan strategi marketing keseluruhan.
Di tengah persaingan ketat di Shopee, TikTok Shop, dan Tokopedia, kemampuan untuk mengelola iklan secara efektif dan efisien adalah kunci utama kesuksesan. Strategi auto-bidding memberikan seller kekuatan AI untuk mengoptimalkan bid secara dinamis, cerdas, dan efisien, membebaskan waktu dan memaksimalkan potensi. Sementara itu, budget split adalah seni alokasi anggaran yang cerdas, memastikan setiap rupiah investasi iklan Anda diarahkan ke tempat yang paling strategis, baik itu untuk tujuan awareness, konversi, atau optimalisasi brand.
Image Source: Unsplash, Inc.