Dalam arena e-commerce yang kian padat dan dinamis, iklan marketplace telah menjadi salah satu mesin penggerak utama untuk meningkatkan visibilitas dan penjualan. Baik itu di Tokopedia, Shopee, Lazada, atau marketplace lainnya, beriklan adalah sebuah keniscayaan bagi para seller yang ingin menonjol di tengah ribuan bahkan jutaan produk serupa. Namun, pertanyaan krusial yang sering muncul adalah: strategi bidding mana yang sebaiknya kita gunakan? Apakah bidding otomatis yang dikelola algoritma cerdas marketplace, atau bidding manual yang memberikan kendali penuh pada seller?
Artikel ini akan mengupas tuntas kedua strategi bidding ini, menganalisis kelebihan dan kekurangannya, serta memberikan panduan mendalam tentang kapan dan bagaimana mengaplikasikan masing-masing metode. Tujuannya adalah agar iklan Anda lebih efektif, relevan, dan tentunya, menghasilkan Return on Ad Spend (ROAS) yang maksimal di tahun ini.
Sebelum membahas strategi bidding, mari kita pahami terlebih dahulu mengapa iklan marketplace begitu penting. Di setiap marketplace, produk bersaing ketat untuk mendapatkan perhatian pembeli. Algoritma marketplace berperan sebagai "kurator" yang menentukan produk mana yang akan muncul di halaman pencarian teratas, rekomendasi, atau halaman kategori. Iklan adalah cara kita untuk "membayar" agar algoritma lebih memprioritaskan produk kita, memberikan kita keunggulan di tengah keramaian.
Tujuan utama iklan marketplace secara umum adalah:
Meningkatkan Visibilitas: Membuat produk Anda lebih mudah ditemukan oleh calon pembeli yang aktif mencari.
Meningkatkan Penjualan: Mendorong konversi dari sekadar melihat produk menjadi melakukan pembelian yang sebenarnya.
Membangun Brand Awareness: Memperkenalkan brand atau produk baru kepada audiens yang lebih luas dan relevan.
Menghabiskan Stok: Mempercepat perputaran produk yang bergerak lambat atau bersifat musiman sebelum menjadi dead stock.
Strategi bidding adalah inti dari bagaimana kita mengelola pengeluaran iklan dan bersaing dalam lelang iklan marketplace. Bidding adalah proses di mana Anda menetapkan berapa banyak yang bersedia Anda bayar untuk satu klik (Cost Per Click/CPC), atau satu tayangan (Cost Per Mille/CPM), atau bahkan satu konversi (Cost Per Action/CPA). Pilihan strategi bidding ini akan sangat memengaruhi efektivitas dan efisiensi kampanye iklan Anda.
Bidding otomatis adalah strategi di mana marketplace (melalui algoritma Machine Learning dan Artificial Intelligence mereka) secara otomatis menyesuaikan bid Anda secara real-time untuk mencapai tujuan kampanye yang telah Anda tetapkan. Anda cukup menetapkan tujuan spesifik, seperti memaksimalkan penjualan atau ROAS, dan sistem akan berusaha mencapainya dengan alokasi bid yang optimal.
Cara Kerja Bidding Otomatis
Sistem bidding otomatis menganalisis jutaan titik data setiap detik, tanpa henti. Data-data tersebut meliputi:
Perilaku pengguna: Riwayat pencarian, pembelian, produk yang dilihat, dan interaksi sebelumnya.
Kinerja iklan di masa lalu: Click-Through Rate (CTR), tingkat konversi, dan ROAS yang pernah dicapai.
Kualitas listing produk Anda: Relevansi kata kunci, kualitas gambar produk, dan jumlah serta kualitas ulasan.
Tingkat persaingan: Seberapa ketat persaingan untuk kata kunci atau audiens tertentu pada saat itu.
Faktor kontekstual: Waktu hari, lokasi geografis pembeli, dan jenis perangkat yang digunakan.
Berdasarkan analisis komprehensif ini, algoritma akan menaikkan atau menurunkan bid Anda untuk setiap lelang iklan dengan tujuan memaksimalkan peluang Anda mencapai target (misalnya, jumlah klik terbanyak, konversi terbanyak, atau ROAS tertinggi) sesuai dengan anggaran yang Anda tetapkan. Proses ini berlangsung sangat cepat dan adaptif.
Kelebihan Bidding Otomatis:
Efisiensi Waktu dan Sumber Daya: Ini adalah keuntungan terbesar dan paling jelas. Anda tidak perlu memantau dan menyesuaikan bid secara manual setiap jam atau setiap hari. Algoritma melakukan pekerjaan berat ini, membebaskan waktu Anda untuk fokus pada strategi lain yang lebih strategis seperti optimasi produk, layanan pelanggan, atau pengembangan brand.
Optimasi Berbasis Data Skala Besar: Algoritma dapat memproses volume data yang jauh lebih besar dan lebih cepat daripada kemampuan manusia. Mereka mampu mengidentifikasi pola, tren, dan peluang yang mungkin terlewatkan oleh analisis manual, menghasilkan optimasi yang lebih granular dan presisi tinggi.
Targeting yang Lebih Cerdas: Sistem otomatis dapat mengidentifikasi segmen audiens yang paling mungkin berkonversi dan menyesuaikan bid untuk menjangkau mereka. Kemampuan ini seringkali melampaui apa yang bisa diidentifikasi secara manual oleh manusia.
Adaptasi Real-time: Pasar marketplace sangat dinamis dengan perubahan yang cepat. Bidding otomatis dapat merespons perubahan persaingan, tren pencarian, atau perilaku konsumen secara instan, tanpa perlu intervensi manual yang memakan waktu.
Maksimalisasi Kinerja (Potensi Tinggi): Jika data yang diberikan ke algoritma cukup (misalnya, kampanye sudah berjalan cukup lama dan memiliki data konversi yang memadai), bidding otomatis memiliki potensi untuk memberikan ROAS yang lebih tinggi atau lebih banyak konversi dibandingkan bidding manual. Ini karena kemampuannya untuk mengoptimalkan di level mikro yang sangat detail.
Ideal untuk Brand dengan Banyak SKU: Bagi seller atau brand yang mengelola ratusan, bahkan ribuan SKU, bidding otomatis adalah penyelamat. Mengelola bid secara manual untuk setiap SKU akan menjadi tugas yang mustahil dan tidak efisien.
Kekurangan Bidding Otomatis:
Kurangnya Kontrol Penuh: Anda menyerahkan sebagian besar kendali penyesuaian bid kepada algoritma. Ini bisa membuat seller merasa kurang memiliki visibilitas dan pemahaman mendalam mengapa bid dinaikkan atau diturunkan pada momen tertentu.
Membutuhkan Data yang Cukup: Untuk bekerja secara optimal, algoritma membutuhkan data yang signifikan dari riwayat kampanye Anda. Kampanye baru atau produk dengan penjualan yang sangat rendah mungkin tidak mendapatkan performa terbaik dari bidding otomatis di awal, karena algoritma masih "belajar".
Risiko Overspending (di Awal): Terkadang, di awal kampanye, algoritma mungkin "belajar" dan menguji berbagai bid, yang bisa mengakibatkan pengeluaran yang lebih tinggi dari yang diharapkan sebelum optimasi yang stabil tercapai. Penting untuk memantau anggaran dengan cermat pada fase ini.
Keterbatasan Penyesuaian Niche: Untuk strategi yang sangat spesifik atau ceruk pasar (niche) yang tidak memiliki banyak data historis, algoritma mungkin tidak seefektif yang diharapkan, karena kurangnya referensi data.
Perangkap "Black Box": Seringkali, bagaimana algoritma mengambil keputusan tetap menjadi "kotak hitam" atau tidak sepenuhnya transparan bagi pengguna. Ini bisa menyulitkan seller untuk memahami sepenuhnya faktor-faktor yang memengaruhi kinerja iklan.
Kapan Menggunakan Bidding Otomatis?
Ketika Anda Memprioritaskan Efisiensi dan Skala: Jika Anda memiliki banyak SKU atau keterbatasan waktu untuk manajemen iklan harian.
Ketika Tujuan Anda Jelas dan Terukur: Misalnya, memaksimalkan konversi, mencapai target ROAS tertentu, atau mendapatkan sebanyak mungkin klik dalam anggaran yang ditetapkan.
Ketika Kampanye Anda Sudah Memiliki Data Historis yang Cukup: Algoritma akan bekerja lebih baik dan lebih cepat mengoptimalkan dengan data yang solid dari performa sebelumnya.
Untuk Eksperimen Awal: Bidding otomatis bisa menjadi titik awal yang baik untuk memahami kisaran bid yang efektif untuk produk Anda tanpa perlu analisis manual yang mendalam di awal.
Bidding manual adalah strategi di mana Anda menetapkan bid (misalnya, CPC maksimum) untuk setiap kata kunci, produk, atau penempatan iklan secara spesifik. Anda memiliki kontrol penuh untuk menaikkan atau menurunkan bid berdasarkan observasi, analisis data, dan intuisi Anda sendiri.
Cara Kerja Bidding Manual
Anda akan secara aktif memantau laporan kinerja iklan (impresi, klik, konversi, biaya, ROAS) dan kemudian secara proaktif menyesuaikan bid berdasarkan data tersebut. Prosesnya biasanya seperti ini:
Riset Kata Kunci/Produk: Identifikasi kata kunci atau produk yang paling relevan dengan potensi tinggi.
Tetapkan Bid Awal: Berdasarkan riset pasar, pengalaman awal, atau estimasi, tentukan bid per klik atau per tayang yang Anda bersedia bayarkan.
Pantau Kinerja Secara Seksama: Perhatikan metrik-metrik penting seperti CTR (Click-Through Rate), tingkat konversi, dan biaya yang dikeluarkan.
Sesuaikan Bid Berdasarkan Data:
Jika kata kunci/produk berkinerja baik (tinggi konversi, ROAS positif) tetapi impresi/klik rendah, Anda mungkin ingin menaikkan bid untuk mendapatkan lebih banyak volume.
Jika kata kunci/produk mengeluarkan banyak biaya tanpa konversi yang berarti, Anda mungkin ingin menurunkan bid atau bahkan menghentikan iklan untuk kata kunci/produk tersebut.
Jika Anda melihat penurunan peringkat iklan Anda, Anda bisa menaikkan bid untuk bersaing lebih agresif dan merebut kembali posisi.
Ulangi Proses: Proses ini adalah siklus berkelanjutan yang membutuhkan pemantauan dan penyesuaian reguler. Ini adalah investasi waktu dan tenaga yang signifikan.
Kelebihan Bidding Manual:
Kontrol Penuh dan Granular: Anda memiliki kendali mutlak atas setiap bid yang Anda tetapkan. Ini memungkinkan Anda untuk sangat presisi dalam mengalokasikan anggaran, terutama untuk produk-produk yang sangat strategis atau memiliki margin tinggi.
Visibilitas Lebih Baik: Anda dapat melihat secara langsung bagaimana setiap perubahan bid yang Anda lakukan memengaruhi kinerja iklan. Ini membantu dalam memahami dinamika lelang iklan di marketplace secara lebih mendalam.
Ideal untuk Strategi Niche atau Spesifik: Jika Anda ingin mendorong penjualan produk tertentu dengan margin sangat tinggi, atau menguji strategi bid yang sangat agresif untuk kampanye jangka pendek, manual bidding memungkinkan Anda melakukannya dengan presisi yang tidak bisa diberikan otomatisasi.
Mengatasi Data Minim: Untuk produk baru atau kata kunci yang jarang dicari, di mana algoritma otomatis mungkin tidak memiliki cukup data untuk dioptimalkan, bidding manual bisa menjadi cara untuk "memulai" dan mengumpulkan data awal yang diperlukan.
Peluang Mengungguli Algoritma (Dalam Kasus Tertentu): Seorang ahli yang memiliki pemahaman mendalam tentang pasar, produk, dan perilaku konsumen terkadang dapat mengalahkan algoritma otomatis dalam skenario yang sangat spesifik atau tidak terduga, biasanya dengan insight yang tidak bisa diolah algoritma.
Kekurangan Bidding Manual:
Memakan Waktu dan Sumber Daya: Ini adalah kekurangan terbesar dan paling menonjol. Memantau dan menyesuaikan bid secara manual untuk ratusan atau ribuan produk adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, memakan waktu, dan membutuhkan tim khusus.
Risiko Kesalahan Manusia: Kelelahan, bias pribadi, atau kesalahan perhitungan dapat menyebabkan bid yang tidak optimal, baik itu terlalu rendah (kehilangan peluang) atau terlalu tinggi (pemborosan anggaran).
Tidak Efisien untuk Skala Besar: Hampir mustahil untuk mengelola bidding manual secara efektif dan konsisten untuk portofolio produk yang besar (ratusan hingga ribuan SKU) tanpa kehilangan efisiensi.
Kurang Adaptif Real-time: Manusia tidak dapat merespons perubahan pasar (seperti peningkatan mendadak persaingan atau tren pencarian) secepat algoritma. Anda mungkin kehilangan peluang atau menghabiskan anggaran pada lelang yang tidak lagi optimal sebelum Anda sempat menyesuaikan bid.
Membutuhkan Keahlian Mendalam: Untuk melakukan bidding manual secara efektif, Anda harus memiliki pemahaman mendalam tentang analytics, dinamika pasar, dan prinsip-prinsip strategi periklanan digital.
Setelah membedah kedua strategi, pertanyaannya kembali: mana yang lebih efektif di tahun ini? Jawabannya adalah: tergantung pada tujuan Anda, skala bisnis, dan sumber daya yang tersedia.
Di era e-commerce modern, dengan kompleksitas algoritma marketplace yang semakin canggih dan volume data yang masif, bidding otomatis cenderung lebih efektif dalam sebagian besar skenario, terutama untuk brand dengan banyak SKU. Algoritma AI marketplace kini sangat cerdas dan mampu mengoptimalkan kinerja iklan dengan kecepatan dan presisi yang tidak dapat ditandingi oleh manusia.
Namun, ini tidak berarti bidding manual tidak memiliki tempat. Justru, strategi terbaik seringkali adalah pendekatan hibrida:
Pendekatan Hibrida: Menggabungkan Kekuatan Keduanya
Gunakan Bidding Otomatis Sebagai Dasar: Untuk sebagian besar kampanye dan produk Anda, terutama jika Anda memiliki ribuan SKU, setel bidding otomatis dengan tujuan yang jelas (misalnya, maksimalkan konversi, target ROAS). Ini akan mengurus sebagian besar optimasi harian Anda secara efisien.
Identifikasi Produk Kunci untuk Penyesuaian Manual: Setelah data terkumpul dan kampanye berjalan, identifikasi produk-produk best-seller atau produk dengan margin tinggi yang sangat strategis bagi bisnis Anda. Untuk produk-produk ini, Anda bisa beralih ke bidding manual atau menggunakan penyesuaian bid manual di atas bidding otomatis (jika marketplace memungkinkan, seperti bid adjustment untuk lokasi atau perangkat tertentu).
Pantau dan Iterasi: Meskipun Anda menggunakan otomatisasi, jangan pernah berhenti memantau kinerja iklan Anda secara berkala. Analisis laporan secara rutin untuk mengidentifikasi anomali, peluang baru, atau area yang membutuhkan intervensi manual dan penyesuaian strategi.
Uji Coba Berkelanjutan (A/B Testing): Lakukan A/B testing secara rutin dan terencana. Misalnya, bandingkan performa kampanye yang sepenuhnya otomatis dengan kampanye yang diatur sebagian secara manual untuk mengetahui mana yang memberikan ROAS terbaik untuk brand Anda dalam konteks spesifik.
Manfaatkan Fitur Lanjutan Marketplace: Marketplace terus mengembangkan fitur bidding otomatis yang lebih canggih, seperti "target ROAS" atau "target CPA". Pelajari dan manfaatkan fitur-fitur ini untuk mengarahkan algoritma agar selaras dengan tujuan bisnis Anda secara lebih spesifik.
Contoh Implementasi Pendekatan Hibrida:
Sebuah brand elektronik dengan 500 SKU bisa menerapkan:
Bidding Otomatis: Untuk sebagian besar produk mereka (misalnya, kabel HDMI, charger, aksesori kecil) dengan tujuan maksimalkan konversi dalam batas anggaran harian yang telah ditentukan.
Bidding Manual: Untuk produk flagship atau high-value mereka (misalnya, smart TV terbaru, laptop gaming). Untuk produk ini, seller mungkin ingin menaikkan bid secara agresif di jam-jam puncak belanja atau saat ada promosi besar untuk memastikan visibilitas maksimal.
Terlepas dari strategi bidding yang Anda pilih, efektivitas iklan sangat bergantung pada faktor-faktor non-bidding lainnya yang tidak kalah penting.
1. Kualitas Listing Produk yang Prima:
Gambar dan Video Berkualitas Tinggi: Ini adalah hal pertama yang dilihat pembeli. Pastikan setiap gambar jelas, profesional, dan menunjukkan produk dari berbagai sudut. Video produk sangat membantu untuk menunjukkan fitur dan manfaat produk secara dinamis.
Judul Produk yang Relevan dan Menarik: Gunakan kata kunci utama yang dicari pembeli dan pastikan judul informatif (contoh: "Nama Brand | Nama Produk | Model | Ukuran/Warna | Fitur Unggulan").
Deskripsi Produk yang Lengkap dan Jelas: Jelaskan semua fitur, manfaat, spesifikasi teknis, dan Unique Selling Proposition (USP) produk. Gunakan bullet points dan paragraf pendek untuk kemudahan membaca dan penyerapan informasi.
Atribut Produk yang Lengkap: Isi semua atribut yang tersedia di marketplace (warna, ukuran, bahan, garansi, dll.). Ini sangat membantu marketplace dalam mengkategorikan produk Anda dan menampilkannya dalam hasil pencarian filter yang relevan.
Ulasan dan Rating Positif: Dorong pembeli untuk memberikan ulasan setelah pembelian. Ulasan positif adalah social proof yang sangat kuat dan secara signifikan memengaruhi ranking produk serta tingkat konversi. Tanggapi setiap ulasan, baik positif maupun negatif, secara profesional dan cepat.
2. Riset Kata Kunci Komprehensif:
Gunakan tool riset kata kunci yang disediakan marketplace atau tool pihak ketiga yang terpercaya untuk menemukan kata kunci relevan dengan volume pencarian tinggi.
Identifikasi baik kata kunci umum (broad keywords) maupun kata kunci berekor panjang (long-tail keywords) yang lebih spesifik dan biasanya memiliki intensi pembelian yang lebih tinggi.
Pantau performa kata kunci Anda secara rutin dan tambahkan kata kunci negatif untuk mencegah iklan Anda muncul di pencarian yang tidak relevan, yang hanya akan membuang anggaran.
3. Struktur Kampanye yang Terorganisir:
Kelompokkan produk atau kata kunci ke dalam kampanye dan grup iklan yang logis. Ini akan memudahkan manajemen, optimasi, dan analisis kinerja. Misalnya, pisahkan kampanye berdasarkan kategori produk, tujuan (penjualan, awareness), atau musim promosi.
Gunakan penargetan yang spesifik, baik itu berdasarkan demografi, minat, atau perilaku belanja pelanggan, untuk menjangkau audiens yang paling relevan.
4. Manajemen Anggaran yang Cerdas:
Tetapkan anggaran harian atau bulanan yang realistis dan sesuai dengan kapasitas bisnis Anda.
Pantau pengeluaran secara rutin untuk memastikan Anda tidak overspending dan bahwa anggaran dialokasikan ke area yang paling menguntungkan dan memberikan ROAS terbaik.
Jangan takut untuk bereksperimen dengan anggaran yang berbeda untuk melihat dampaknya pada kinerja kampanye Anda.
5. Analisis Performa Berkelanjutan:
Pantau Metrik Kunci secara Konsisten:
Impresi: Berapa kali iklan Anda ditampilkan kepada calon pembeli.
Klik (Clicks): Berapa kali iklan Anda diklik.
CTR (Click-Through Rate): Persentase orang yang mengklik setelah melihat iklan, menunjukkan daya tarik iklan Anda.
Konversi (Conversions): Berapa banyak penjualan yang dihasilkan langsung dari iklan.
Biaya (Cost): Total pengeluaran iklan Anda.
CPC (Cost Per Click): Biaya rata-rata yang Anda bayarkan per klik.
CPA (Cost Per Acquisition/Action): Biaya rata-rata per konversi, menunjukkan efisiensi dalam mendapatkan penjualan.
ROAS (Return on Ad Spend): Pendapatan yang dihasilkan untuk setiap rupiah yang dihabiskan untuk iklan. Ini adalah metrik terpenting untuk mengukur efektivitas kampanye dan profitabilitas.
Lakukan Tindakan Berdasarkan Data: Jangan hanya melihat data, tetapi gunakan untuk membuat keputusan yang terinformasi. Jika ROAS rendah untuk produk tertentu, coba optimasi listing, sesuaikan bid, atau bahkan hentikan iklan untuk mengalihkan anggaran. Jika ROAS tinggi, alokasikan lebih banyak budget untuk memaksimalkan potensi.
6. Pertimbangkan Musiman dan Promosi:
Strategi iklan harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan musim belanja puncak (misalnya Harbolnas, Ramadhan, Natal, flash sale marketplace) atau promosi khusus brand Anda sendiri.
Pada periode ini, Anda mungkin perlu menaikkan bid atau mengubah tujuan bidding untuk memaksimalkan visibilitas di tengah persaingan yang meningkat pesat.
Di tahun ini, tren bidding di marketplace akan semakin didominasi oleh kecerdasan buatan dan otomatisasi. Algoritma akan terus menjadi lebih canggih dalam memprediksi perilaku konsumen dan mengoptimalkan bid secara real-time.
Peningkatan Adopsi Bidding Berbasis Tujuan: Marketplace akan semakin mendorong seller untuk menggunakan strategi bidding berbasis tujuan, seperti target ROAS atau target CPA, daripada hanya fokus pada klik. Ini karena marketplace ingin seller sukses dalam menghasilkan penjualan, yang pada akhirnya juga menguntungkan marketplace itu sendiri.
Personalisasi Iklan yang Lebih Dalam: Algoritma akan semakin mampu menayangkan iklan yang sangat personal, bahkan pada level individu, berdasarkan riwayat belanja, preferensi, dan perilaku real-time. Ini akan sangat memengaruhi bagaimana bid dioptimalkan oleh sistem.
Integrasi Iklan Lintas Saluran: Akan ada tren integrasi yang lebih kuat antara iklan di marketplace dan platform periklanan lain (misalnya, Google Ads, Meta Ads). Kemampuan untuk mengelola bid dan anggaran secara holistik di berbagai channel akan menjadi keuntungan kompetitif yang signifikan.
Pentingnya Data Zero-Party dan First-Party: Dengan semakin ketatnya regulasi privasi data, data yang dikumpulkan langsung dari pelanggan (zero-party dan first-party data) akan menjadi semakin berharga untuk personalisasi dan optimasi bidding. Membangun basis data pelanggan yang kuat akan krusial.
Seller yang proaktif dalam memahami dan mengadopsi teknologi bidding terbaru akan memiliki keunggulan kompetitif yang jelas. Ini berarti tidak hanya mengandalkan fitur dasar, tetapi juga menggali lebih dalam opsi-opsi bidding otomatis yang lebih canggih dan mengintegrasikannya dengan strategi marketing keseluruhan brand Anda.
Memilih antara bidding otomatis dan bidding manual bukanlah tentang memilih yang satu dan meninggalkan yang lain secara total. Sebaliknya, ini adalah tentang memahami kekuatan masing-masing dan menerapkannya secara strategis untuk mencapai tujuan bisnis Anda yang spesifik.
Di sebagian besar kasus, terutama bagi brand yang mengelola banyak SKU dan beroperasi di marketplace yang dinamis, strategi bidding otomatis, didukung oleh data dan tujuan yang jelas, akan menjadi tulang punggung kampanye iklan Anda. Kemampuan algoritma untuk beradaptasi secara real-time dan mengoptimalkan pada skala yang tidak mungkin dicapai manusia adalah keunggulan tak terbantahkan.
Namun, jangan lupakan nilai dari bidding manual untuk situasi-situasi spesifik: menguji produk baru, mengendalikan iklan untuk produk high-value yang sangat strategis, atau ketika Anda membutuhkan kendali penuh atas setiap rupiah yang dihabiskan untuk bid.
Kunci efektivitas iklan marketplace di tahun ini terletak pada:
Memanfaatkan kekuatan AI dan otomatisasi yang ditawarkan marketplace semaksimal mungkin.
Mempertahankan pemahaman dan analisis data yang kuat untuk memandu setiap keputusan, baik itu untuk setup awal kampanye otomatis maupun penyesuaian manual.
Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pasar dan algoritma marketplace yang terus berkembang.
Fokus pada kualitas listing produk sebagai fondasi yang tak tergantikan, karena iklan hanya akan efektif jika produk yang ditawarkan memang menarik.
Dengan pendekatan yang seimbang dan cerdas ini, brand Anda dapat mengoptimalkan pengeluaran iklan, meningkatkan visibilitas produk secara signifikan, dan pada akhirnya, mendorong pertumbuhan penjualan yang berkelanjutan di marketplace Indonesia. Jangan hanya beriklan, beriklanlah dengan cerdas!
Image Source: Unsplash, Inc.