Pada tahun 2025, persaingan bisnis semakin kompleks dan menuntut strategi pemasaran yang lebih kreatif. Salah satu pendekatan yang mulai populer dan terbukti efektif adalah scent marketing, atau pemasaran dengan menggunakan aroma. Strategi ini telah digunakan oleh berbagai merek global dan kini mulai diterapkan juga oleh pelaku usaha di Indonesia, termasuk UMKM.
Scent marketing bukan hanya soal estetika ruangan, tetapi juga tentang bagaimana aroma dapat memengaruhi psikologi konsumen. Aroma yang tepat bisa membangun asosiasi merek, menciptakan pengalaman pelanggan yang menyenangkan, bahkan mendorong pembelian secara impulsif. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang cara kerja scent marketing, dampaknya terhadap perilaku konsumen, serta strategi implementasinya di bisnis lokal.
Scent marketing adalah bagian dari sensory marketing, yaitu strategi yang melibatkan pancaindra untuk menciptakan koneksi emosional antara konsumen dan brand. Dalam konteks ini, indra penciuman dimanfaatkan secara strategis untuk membentuk persepsi, meningkatkan mood, dan mendorong tindakan konsumen.
Menurut data dari Sense of Smell Institute, manusia dapat mengingat hingga 35% dari apa yang mereka cium, dibandingkan dengan 5% dari apa yang mereka lihat dan hanya 2% dari apa yang mereka dengar. Ini menunjukkan bahwa aroma memiliki kekuatan besar dalam membangun memori dan asosiasi emosional.
Aroma bekerja langsung pada sistem limbik di otak—bagian yang mengatur emosi dan memori. Ketika seseorang mencium aroma tertentu, mereka bisa langsung teringat pada momen atau perasaan tertentu, yang pada gilirannya bisa memengaruhi keputusan membeli.
Berbagai penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa aroma dapat:
Meningkatkan durasi kunjungan konsumen di dalam toko
Meningkatkan nilai transaksi
Memperkuat citra dan asosiasi brand
Mengurangi stres dan membuat suasana berbelanja lebih nyaman
Meningkatkan mood dan persepsi positif terhadap produk atau layanan
Sebuah studi dari Journal of Retailing (Morrin & Ratneshwar, 2003) menemukan bahwa toko dengan aroma khas dapat meningkatkan niat beli hingga 40%. Studi lain dari Scents Marketing Inc. menunjukkan bahwa pengunjung menghabiskan waktu 20% lebih lama di tempat dengan aroma yang menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik brand.
Beberapa brand global telah sukses mengadopsi scent marketing sebagai bagian dari strategi pengalaman pelanggan mereka:
Abercrombie & Fitch: Merek ini menggunakan aroma khas yang disebarkan ke seluruh toko mereka. Aroma tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas merek.
Singapore Airlines: Menggunakan aroma "Stefan Floridian Waters" yang khas dan disemprotkan pada kursi serta seragam pramugari. Ini menciptakan pengalaman sensorik yang unik bagi pelanggan.
Starbucks: Sangat menjaga agar aroma kopi tidak terganggu oleh bau makanan lain di dalam toko, karena aroma kopi dianggap sebagai bagian dari DNA merek mereka.
Di Indonesia, pendekatan ini sudah mulai diadopsi oleh berbagai sektor, antara lain:
Retail: Banyak toko pakaian dan butik mulai menggunakan diffuser aroma untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan.
F&B: Restoran dan kafe menggunakan aroma makanan atau minuman untuk menambah daya tarik dan membangun atmosfer yang sesuai.
Hospitality: Hotel dan spa premium menciptakan suasana relaksasi dengan aroma khas yang menjadi ciri khas tempat tersebut.
UMKM: Pelaku usaha kecil seperti barbershop, laundry, dan booth pameran mulai menyadari kekuatan aroma dalam menarik pelanggan dan membangun kesan profesional.
Untuk mengimplementasikan scent marketing secara efektif, berikut beberapa langkah penting:
Setiap merek memiliki kepribadian dan citra yang berbeda. Aroma yang dipilih harus mencerminkan karakter tersebut.
Brand mewah: Oud, amber, musk
Brand ramah dan segar: Citrus, green tea
Brand relaksasi: Lavender, sandalwood
Lokasi penyebaran aroma bisa strategis:
Pintu masuk: Menciptakan kesan pertama
Area display: Meningkatkan daya tarik terhadap produk
Area kasir: Meningkatkan kenyamanan saat menunggu
Gunakan teknologi seperti diffuser elektrik atau reed diffuser. Pastikan bahan pewangi bersifat food-safe dan tidak menimbulkan alergi, terutama untuk area yang berhubungan dengan makanan.
Jangan gunakan aroma terlalu kuat. Tujuan utamanya adalah menciptakan suasana, bukan mendominasi ruangan. Aroma yang terlalu menyengat bisa menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan reaksi alergi.
Scent marketing memiliki dampak kuat pada perilaku impulsif. Ketika aroma memicu emosi positif seperti nostalgia atau kenyamanan, bagian otak yang berhubungan dengan kontrol diri cenderung melemah. Ini membuka peluang terjadinya pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.
Menurut Psychology & Marketing Journal (Spangenberg et al., 2006), aroma yang sesuai bisa meningkatkan pembelian impulsif hingga 38% pada wanita dan 24% pada pria. Contoh aplikasinya antara lain:
Aroma vanila di toko kue meningkatkan penjualan dessert
Aroma kopi di minimarket mendorong pembelian makanan ringan
Aroma citrus di gym meningkatkan semangat olahraga
UMKM juga memiliki kesempatan besar dalam memanfaatkan aroma sebagai elemen branding. Cara-cara sederhana seperti menyemprot linen spray pada kemasan, memberikan aroma kartu dalam paket pengiriman, atau menyemprotkan aroma di booth pameran dapat menciptakan pengalaman yang tak terlupakan.
Dengan konsistensi, aroma tersebut bisa menjadi identitas merek yang kuat dan berbeda dari kompetitor.
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:
Biaya: Produk aroma berkualitas dan alat penyebar yang handal memerlukan investasi.
Preferensi Individu: Tidak semua orang menyukai aroma yang sama.
Sensitivitas dan Alergi: Beberapa konsumen bisa mengalami reaksi alergi terhadap bahan kimia tertentu.
Karena itu, penting bagi brand untuk melakukan uji coba secara terbatas dan mendapatkan feedback sebelum mengimplementasikan strategi ini secara luas.
Scent marketing adalah salah satu bentuk inovasi dalam dunia pemasaran yang mampu memberikan nilai tambah yang signifikan. Di era 2025 yang semakin mengutamakan pengalaman konsumen yang holistik dan emosional, aroma dapat menjadi alat komunikasi non-verbal yang kuat.
Strategi ini tidak hanya relevan bagi perusahaan besar, tetapi juga sangat aplikatif bagi UMKM yang ingin menciptakan diferensiasi di pasar. Dengan pemilihan aroma yang tepat dan implementasi yang bijak, scent marketing dapat menjadi jembatan antara brand dan hati konsumen.
Morrin & Ratneshwar (2003). "The Impact of Ambient Scent on Evaluation, Attention, and Memory for Familiar and Unfamiliar Brands". Journal of Retailing
Spangenberg et al. (2006). "Aroma's Influence on Affect and Purchase Intent in Retail Environments". Psychology & Marketing Journal.
Sense of Smell Institute. https://www.senseofsmell.org/
HubSpot. (2025). Consumer Behavior Report.
Image Source: Unsplash, Inc.