Kemajuan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara manusia menjalani kehidupan sehari-hari. Salah satu inovasi paling menonjol di sektor hunian adalah teknologi smart home, atau rumah pintar. Konsep ini tidak lagi terbatas pada kalangan elit. Kini, semakin banyak masyarakat yang mulai mengadopsinya karena harga perangkatnya semakin terjangkau. Namun di balik kenyamanan dan kecanggihan ini, muncul satu pertanyaan penting: seberapa aman smart home dari peretasan?
Smart home merujuk pada sistem rumah yang terhubung dan dikendalikan secara otomatis melalui perangkat berbasis Internet of Things (IoT). Sistem ini mencakup berbagai perangkat seperti kamera keamanan, kunci pintu digital, lampu otomatis, termostat, hingga asisten virtual yang bisa dikendalikan dengan suara atau aplikasi ponsel.
Fungsinya tak hanya memberi kenyamanan, tapi juga meningkatkan efisiensi energi dan keamanan. Anda bisa menyalakan lampu sebelum tiba di rumah, mengontrol suhu dari jarak jauh, atau memantau kondisi rumah melalui kamera—semuanya dari smartphone.
Dalam lima tahun terakhir, harga perangkat smart home mengalami penurunan signifikan. Menurut laporan IDC dan Statista, penjualan perangkat smart home di Asia Tenggara meningkat lebih dari 30% per tahun sejak 2020. Produk seperti smart light, smart plug, dan smart camera kini bisa ditemukan dengan harga mulai dari Rp200.000 hingga Rp1 jutaan di platform e-commerce.
Faktor yang memengaruhi penurunan harga ini antara lain peningkatan volume produksi, persaingan antar brand, dan penyempurnaan teknologi chip dan konektivitas. Produsen besar seperti Xiaomi, TP-Link, Samsung, dan Philips juga terus mendorong inovasi dan efisiensi biaya.
Namun, dengan adopsi yang luas dan produksi massal, muncul pula risiko keamanan yang semakin kompleks.
Efisiensi dan Hemat Energi
Perangkat pintar mampu mengoptimalkan penggunaan energi, misalnya dengan mematikan lampu saat tidak ada aktivitas, atau menyesuaikan suhu ruangan secara otomatis.
Kenyamanan dalam Genggaman
Dengan aplikasi atau perintah suara, pengguna bisa mengendalikan rumah kapan saja, di mana saja. Ini sangat berguna bagi orang yang sering bepergian atau sibuk bekerja.
Keamanan Lebih Baik
Sistem CCTV yang terhubung langsung ke ponsel, detektor gerakan, hingga sensor pintu dan jendela mampu memberikan rasa aman lebih tinggi. Pemilik rumah bisa langsung menerima notifikasi jika ada aktivitas mencurigakan.
Namun demikian, keunggulan tersebut hanya akan maksimal bila keamanan sistem juga diperhatikan.
Kebanyakan perangkat smart home menggunakan koneksi Wi-Fi. Jika jaringan rumah tidak dienkripsi dengan baik (misalnya masih menggunakan WPA atau WPA2 yang sudah usang), maka peretas dapat dengan mudah menyusup dan mengambil kendali atas sistem.
Banyak pengguna tidak mengganti password bawaan pabrik pada perangkat mereka. Hal ini memberikan celah besar bagi peretas untuk mengakses sistem hanya dengan melakukan pencarian data default dari produsen.
Sebagian besar peretasan terjadi karena pengguna tidak memperbarui firmware perangkat mereka. Produsen secara rutin merilis update untuk menutup celah keamanan yang ditemukan, dan melewatkan update bisa menyebabkan kerentanan sistem.
Perangkat smart home mengumpulkan banyak data pengguna, seperti kebiasaan harian, jadwal keluar masuk rumah, hingga rekaman suara dan video. Jika data ini bocor, tidak hanya privasi yang terancam, tetapi juga potensi kejahatan seperti perampokan terencana.
Berikut beberapa langkah penting untuk menjaga keamanan sistem smart home Anda:
Selalu perbarui firmware perangkat. Cek secara berkala melalui aplikasi resmi dari produsen.
Gunakan password unik dan kuat. Hindari menggunakan tanggal lahir atau nama hewan peliharaan.
Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA). Tambahan lapisan keamanan ini akan mencegah akses ilegal meski password diketahui orang lain.
Gunakan jaringan Wi-Fi terpisah untuk IoT. Pisahkan antara perangkat pintar dan gadget pribadi seperti laptop atau HP.
Pilih produk dari brand terpercaya. Pastikan produk memiliki sertifikasi keamanan, misalnya dari CE, FCC, atau SNI.
Secara global, lembaga seperti ETSI (European Telecommunications Standards Institute) dan NIST (National Institute of Standards and Technology) telah mengembangkan pedoman keamanan IoT yang harus diikuti oleh produsen. Di Indonesia, Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mulai mendorong adopsi standar keamanan siber untuk perangkat pintar. Beberapa perangkat bahkan mulai wajib disertifikasi sebelum bisa dipasarkan.
Sumber:
ETSI EN 303 645 (https://www.etsi.org/)
NIST IR 8259 Series (https://csrc.nist.gov/publications/)
Kominfo.go.id, 2024
Teknologi smart home diprediksi akan terus tumbuh, seiring kemajuan jaringan 5G dan kecerdasan buatan (AI). Ke depannya, sistem pintar akan semakin mandiri dalam mendeteksi anomali dan menanggulangi ancaman tanpa campur tangan manusia.
Produsen juga mulai mengintegrasikan proteksi tingkat lanjut seperti pemindaian sidik jari, pengenalan wajah, hingga AI berbasis perilaku. Teknologi ini memungkinkan sistem untuk belajar dari aktivitas pengguna dan mengenali pola yang tidak biasa sebagai potensi ancaman.
Namun, perkembangan teknologi harus diimbangi dengan edukasi pengguna. Tanpa pengetahuan dasar tentang keamanan digital, pengguna berisiko menjadi korban dari teknologi yang mereka percaya.
Smart home telah membawa transformasi signifikan dalam kehidupan modern—lebih nyaman, hemat energi, dan aman. Namun, seiring meningkatnya konektivitas, keamanan digital menjadi isu yang tak bisa diabaikan. Pengguna harus aktif menjaga sistem mereka dengan menerapkan praktik keamanan dasar dan selalu mengikuti perkembangan terbaru.
Dengan sikap waspada dan langkah proaktif, smart home bisa menjadi solusi yang aman dan handal untuk masa depan. Kolaborasi antara produsen, pemerintah, dan pengguna adalah kunci dalam menciptakan ekosistem rumah pintar yang benar-benar cerdas dan terlindungi.
Image Source: Unsplash, Inc.